REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Oposisi konservatif Jepang menyapu kemenangan dalam pemilihan umum pada Ahad (16/12), memberikan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe kesempatan kedua menerapkan agenda keamanan keras dan mendatarkan kembali ekonomi.
Para pemilih dengan tegas meninggalkan Perdana Menteri Yoshihiko Noda tiga tahun setelah Partai Demokrat Jepang (DPJ) menjanjikan perubahan dari kekuasaan Partai Demokrat Liberal (LDP).
Abe berjanji meningkatkan pertahanan Jepang dan menghadapi Cina atas kepulauan sengketa. Janji itu mendapatkan tanggapan bagus untuk LDP di pemilihan aggota majelis rendah parlemen.
Abe, yang tugas singkatnya sebagai perdana menteri pada 2006-2007, juga berjanji memperbaiki perekonomian lesu setelah bertahun-tahun deflasi, diperparah lonjakan mata uang yang memeras eksportir. Ia juga menawarkan peningkatan belanja prasarana saat banyak runtuhan tsunami masih menjadi puing.
Seruan Abe itu dikritik lawan sebagai balasan bagi pembangunan negara abad lalu LDP, yang membiarkan jembatan desa kurang dimanfaatkan dan tiada jalan. Televisi NHK, mengutip perkiraan berdasarkan atas hitungannya, menyatakan LDP merebut 275-310 dari 480 kursi majelis rendah, dengan DPJ merugi menjadi 55 hingga 77 kursi. Ia meraih lebih dari 300 kursi dalam pemilihan umum pada 2009.