REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan Saman Summit 2013. Perhelatan ini bakal menampilkan berbagai macam jenis tari Saman dari berbagai wilayah di Indonesia.
Tak hanya itu, tarian yang mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan ini juga ditampilkan dari segala kalangan dan generasi. Mulai dari anak-anak SD hingga oran dewasa.
"Saman Sumit ini kita adakan untuk mensyukuri tarian asal Gayo Aceh, Saman diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia,"ujar Wamendikbud bidang kebudayaan Wiendu Nuryanti pada pembukaan Saman Summit di Jakarta, Jumat (14/12).
Tarian Saman tergolong berbeda dengan tarian lainnya. Tari Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha.
Tepukan itu sebagai sinkronisasi dari nada-nada yang dihasilkan. Para penari juga menghempaskan badan ke berbagai arah. Mereka dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech.
Tari Saman juga menjelaskan banyak makna dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya kerukunan dan ketepatan waktu.
Keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna.
Tarian bernuansa islam itu berasal dari suku Gayo (Gayo Lues) yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat yaitu. Tari saman pun telah ditetapkan UNESCO (organisasi kebudayaan PBB) sebagai 'Daftar Representatif Budaya tak Benda Warisan Manusia' dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO pada 24 November 2011 lalu.