REPUBLIKA.CO.ID, Ratusan tahun lamanya Dinasti Fatimiyah memimpin Mesir. Satu hal yang akan selalu diingat, yakni pada masa Khalifah al-Mu’iz, dibangunlah Masjid al-Azhar.
Kelak dari masjid ini, berkembanglah sebuah lembaga pendidikan Islam ternama di dunia, Universitas al- Azhar.
Ditaksir, pembangunan taman ini telah menyedot dana lebih dari 30 juta dolar AS. Taman ini menjadi hadiah kepada Kota Kairo dari penerus Aga Khan IV. Nah, dari taman inilah, guratan-guratan sejarah kota tua Kairo, terekam.
Namun, membuat taman ini, bukanlah pekerjaan mudah. Pada tahap awal, Sites International sebagai pelaksana proyek pembuatan Taman al-Azhar, harus terlebih dahulu meratakan tempat.
Mengutip catatan di laman wikipedia, setidaknya ada 765 ribu kubik tanah harus dikeruk. Sementara 160 ribu ribu kubik lainnya digunakan untuk mengisi tempat lainnya.
Kemudian 605 kubik tanah sisanya mesti melewati proses geoteknik, yang antara lain meliputi proses penyaringan dan pencucian. Tanah-tanah ini lalu dicampur dengan 60 ribu kubik pasir serta humus agar kawasan taman ini menjadi subur.
Hal lain yang dikerjakan da lam proses pembangunan taman ini adalah memindahkan se kitar 1,5 juta meter kubik puing dan tanah dari lokasi ta man ke tempat lain. Untuk memindahkannya dibutuhkan lebih dari 80 ribu truk yang hilirmudik memindahkan puing dan tanah tersebut.
Lansekap Islam
Tradisi arsitektur lansekap Islam adalah sesuatu yang ingin diwujudkan oleh para perancang taman ini. Hal itu tampak dari desain dan pilihan tetumbuhan hijaunya.
Ketika proyek pembuatan taman ini tuntas, kota tua Kairo yang sempat tertidur ratusan tahun, tiba-tiba seperti hidup kembali. Guratan-guratan khas kota tua itu terlihat dari area kebun, barisan tempat duduk yang teduh, serta lengkungan khas Fatimiyah di salah satu sisi taman.
Jika diamati, ada pula elemen-elemen bernuansa Parsi dan Dinasti Timurid, semisal desain saluran air dan air mancurnya.