REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin meyakini hasil penyelidikan jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 pada 9 Mei 2012 merupakan investigasi yang obyektif dan seimbang.
Pernyataan Mikhail tersebut menyusul diumumkannya hasil penyelidikan oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) hari ini. "Saya berkeyakinan bahwa investigasi yang hasilnya telah tercatat dalam laporan merupakan investigasi obyektif dan seimbang," ujar Mikhail dalam pidatonya di kantor KNKT, Selasa (18/12).
Ia melanjutkan laporan merupakan hasil kerja sama efektif dan konstruktif antara Rusia dan Indonesia. Menurut perkiraan para ahli, investigasi dilakukan sesuai standar Internasional Civil Aviation Organization (ICAO). Ia menambahkan, kerja sama itu dilakukan dalam suasana saling mendukung dan kemitraan yang baik. Dalam laporan itu juga termuat rekomendasi mengenai keselamatan penerbangan.
Mikhail berharap kemitraan bilateral di bidang pengangkutan akan terus terjalin, termasuk penerbangan sipil. Rusia berharap dapat menyediakan pesawat sipil nasional Indonesia.
Hasil investigasi KNKT menunjukkan penyebab kecelakaan adalah human error dan belum adanya radar vector. Tidak ada kerusakan pada pesawat. Namun, pilot tidak mengindahkan peringatan dari sistem yang ada di kokpit. Tabrakan bisa dihindari jika dalam 24 detik dari peringatan Terrain Awareness and Warning System (TAWS) di kokpit pesawat diindahkan dan pilot melakukan gerak menghindar.
Sukhoi Superjet-100 adalah pesawat penumpang pertama yang dikembangkan oleh Sukhoi Aircraft, bekerja sama dengan perusahaan penerbangan Amerika Serikat dan Eropa. Di antaranya Boeing, Snecma, Thales, Messier Dowty, Liebherr Aerospace, dan Honeywell.
Pesawat hilang kontak sekitar pukul 14.33 setelah mengudara selama 30 menit pada Rabu, 9 Mei 2012.