Selasa 18 Dec 2012 01:08 WIB

Bawang Impor Akibatkan Ribuan Petani di Cirebon Merugi

Petani Bawang Merah (Ilustrasi)
Foto: ANTARA
Petani Bawang Merah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Ribuan petani bawang merah di daerah Pantura Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dan Brebes Jawa Tengah memasuki panen raya. Namun mereka merugi akibat harga jual bawang yang sangat murah, jauh dibawah harga modal tanam.

Riwad, salah seorang petani di Losari Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kepada wartawan di Cirebon, Selasa, mengatakan, memasuki panen raya harga bawang merah di Cirebon murah, sehingga ribuan petani merugi.

Ia menjelaskan, murahnya harga bawang merah di Pantura Kabupaten Cirebon, akibat melimpahnya kiriman bawang merah impor padahal persediaan petani setempat melebihi kebutuhan pasar.

"Permintaan bawang merah dari pedagang normal, tetapi kiriman terus menerus ditambah persediaan sebelumnya melimpah, sehingga harga anjlok," katanya.

Sebelumnya, harga bawang merah sudah membaik mencapai Rp 11 ribu per kilogram. Kini semakin melimpahnya bawang merah impor, membuat harga jualnya kurang dari Rp 5000 per kilogram.

Hal senada diakui Sunarto, Ketua Dewan Bawang Merah Nasional kepada wartawan di Cirebon. Permintaan pasar yang tidak sebanding dengan produksi petani, kata dia, memicu anjloknya harga bawang merah.

Sejak tahun 2010 harga bawang merah kurang menggairahkan, kata dia, petani harus menanggung kerugian cukup tinggi akibat maraknya bawang merah impor yang jelas merusak harga pasar karena pendistribusiannya langsung ke pasar tradisional.

"Harga bawang merah sempat dijual sekitar Rp 1500 per kilogram, akibat melimpahnya bawang merah impor yang memenuhi kebutuhan pasar tradisional, hingga kini terus tertekan," katanya.

"Modal tanam petani bawang merah saat ini bisa mencapai Rp 6500 per kilogram, namun setelah mereka panen menghadapi kenyataan harga hanya Rp 2000 per kilogram, meski panen mereka melimpah tidak akan mampu menutup biaya tanam," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement