Rabu 19 Dec 2012 22:10 WIB

Filipina dan Maois Sepakat Gencatan Senjata

Red: Taufik Rachman
Militer Filipina
Foto: AP
Militer Filipina

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Gerilyawan Maois yang melakukan pemberontakan di Filipina memulai kembali perundingan perdamaian tingkat pejabat tinggi dengan pemerintah setelah macet selama 13 bulan, kata satu pengumuman Rabu.

Melakukan pertemuan di kota Denhaag, Belanda, pada Senin dan Selasa kedua pihak setuju melakukan gencatan senjata 26 hari sejak 20 Desember, demikian satu pernyataan yang dikeluarkan oleh Norwegia, yang menjadi penengah perundingan-perundingan itu.

"Seperti yang telah disepakati sebelumnya, mereka mengonfirmasikan gencatan senjata di seluruh negara itu mulai 20 Desember 2012 sampai 15 Januari 2013. Mereka sepakat untuk bertemu kembali awal tahun depan," kata pernyataan yang dikeluarkan Ture Lundh, utusan khusus pemerintah Norwegia.

Ketua perunding pemerintah Filipina Alexander Padilla dan dua staf senior Presiden Benigno Aquino menghadiri pertemuan di kota Belanda itu, kata pernyataan itu.

Jose Maria Sison, pendiri gerakan pemberontak komunis yang tinggal di pengasingan dan kepala juru rundingnya Luis Jalandoni memimpin kelompok pemberontak itu, tambahnya.

Mereka juga sepakat bagi perundingan perdamaian lanjutan, hak asasi manusia, reformasi tanah dan industrialisasi nasional, kata pernyataan itu.

Partai Komunis Filipina (CPP) mundur dari perundingan-perundingan perdamaian November 2011 setelah Manila menolak membebaskan dari penjara rekan-rekan mereka yang mereka katakan adalah konsultan-konsultan pada perundingan-perundingan itu.

Kedua pihak memulai kembali perundingan tingkat rendah Juni tetapi CPP tetap menuntut para tahanan dibebaskan tetapi pemerintah tetap menolak.

Baik militer maupun sayap militer CPP, Tentara Rakyat Baru (NPA) secara terpisah mengumumkan gencatan senjata lebih pendek menyangkut Hari natal, tetapi militer mengatakan pemberontak telah melanggar kspakatan ini dengan menyerang sasaran-sasaran pemerintah.

Kelompok komunis itu telah melakukan pemberontakan bersenjata sejak tahun 1969, dan lebih dari 30.000 orang tewas dalam konflik itu, kata pemerintah.

Militer memperkirakan kekuatan NPA sekarang sekitar 4.000 petempur, menurun dari lebih dari 26.000 pada puncaknya pada tahun 1980-an, ketika pemberontak juga terlibat dalam perundingan perdamaian yang gagal dengan Manila.

Kendatipun itu gerakan dilaukakan di seluruh negara itu, militer mengatakan sebagian besar kegiatan pemberontak dalam tahun-tahun belakangan ini terbatas pada kantong-kantong miskin di tenggara Manila, pulau Samar, dan bagian timur pulau Mindanao.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement