REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, mengatakan calon pemimpin nasional seharusnya berorientasi membangun negara demi kesejahteraan bangsa. Bukannya berupaya mencari kekuasaan.
"Calon pemimpin nasional seharusnya memiliki niat luhur ingin mengabdi kepada bangsa dan negara," katanya di Jakarta, Rabu (19/12).
Arbi menjelaskan jika seorang tokoh memiliki niat luhur ingin mengabdi kepada bangsa dan negara, tentu mereka tidak akan terus-menerus mencalonkan diri sebagai calon presiden.
Ia menegaskan, jika capres yang tampil pada Pilpres 2014 masih wajah-wajah lama, maka tidak akan terlepas dari budaya paternalistik yang terus berkembang.
"Dalam budaya paternalistik, pemimpin atau ketua umum partai tampil sebagai orang tua, sementara rakyat atau anggota partai di anggap sebagai anaknya. Sehingga harus selalu tunduk pada keinginan orang tua," tuturnya mengakhiri.