REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Pemilu masih dua tahun lagi. Namun Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia Muda (ICMI) Muda mulai menggagas potong generasi dalam kepemimpinan nasional. Wacana estapet kepemimpinan ke kaum muda tersebut, dilontarkan ICMI Muda menjelang Muktamar ke-2 pertengahan Februari 2013 mendatang.
"Indonesia sudah seharusnya dipimpin oleh kaum muda, baik secara fisik maupun pola pikir serta memiliki integritas dan kapabilitas," kata Ketua Tim Kerja Nasional Muktamar ke-2 ICMI Muda, Ahmad Zakiyuddin, kepada para wartawan, Kamis (20/12) di Bandung.
ICMI Muda, kata Zakiyuddin, sangat prihatin atas situasi kepemimpinan nasional yang masih didominasi segelintir elite yang secara fisik maupun pola pikir yang tidak muda lagi. Jika kondisi ini terus dibiarkan, kata dia, terjadi lost generation.
Karena itu, kata dia, Pemilu 2014 harus melahirkan kepemimpinan muda yang bisa menyelamatkan bangsa ini dari keterpurukan. "Pemilu 2014 adalah momentum bagi lahirnya pemimpin nasional muda," ujar dia.
Menurut Zakiyuddin, demokrasi prosedural yang lebih mengandalkan kekuatan uang saat ini, sangat berbahaya dan menenggelamkan demokrasi subtantif. Demokrasi model oligarki besar tersebut, imbuh dia, harus dihindari dan dilawan.
Dia mengatakan, praktik demokrasi saat ini yang mempertahankan uang, kekuasaan, posisi, dan status hanya milik kelompok kecil para elite. Jika ini terus dibiarkan akan memunculkan oligarki besar yang menyengsarakan rakyat.
"Dampaknya adalah oligarki besar akan menjelma dalam bentuk kongkalikong, oligarki negara, pasar, dan partai politik yang jauh dari agenda publik," tutur dia.
Dikatakan Zakiyuddin, hampir seluruh calon presiden di Indonesia adalah ketua umum atau dewan pembina partai politik. Kondisi ini, imbuh dia, ternyata berbeda dengan Amerika Serikat (AS), di mana seorang calon presiden bukan berasal dari ketua partai atau dewan Pembina.
Para calon pemimpin negara Paman Sam itu, imbuh dia, justru datang dari kalangan senator, kongres, dan gubernur Negara bagian. "Tidak ada calon presiden di Amerika berasal dari ketua atau dewan Pembina partai. Bahkan ketua dan dewan pembinan partai di negeri itu tidak populer seperti di Indonesia," kata dia.