REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Setelah bungkam selama sepekan, National Rifle Association of America (NRA) Jumat (21/12), mengumumkan keinginan untuk mempersenjatai penjaga keamanan di setiap sekolah di negara itu. Organisasi itu menuding kekerasan dalam video game, pemberitaan media dan penerapan hukum lemah---dan bukan senjata---sebagai biang keladi insiden penembakan massal yang terjadi berulang kali di AS.
"Satu-satunya jalah menghentikan orang jahat dengan senjata ialah orang baik dengan senjata." ujar wakil presiden NRA, Wayne LaPierre, dalam jumpa pers yang diwarnai interupsi oleh pemrotes seperti yang dilaporkan Washington Post, Jumat (21/12). Salah satu pengunjuk rasa memegang spanduk kecil bertuliskan "N.R.A Killing Our Kids"
Rencana NRA untuk menangkis penembakan sekolah, muncul sepekan setelah pembantaian di Sekolah Dasar Sandy Hook, Newton, Connecticut. Gagasan itu kontan menuai kecaman luas baik dari pengelola sekolah, petugas aparat hukum dan politisi.
Beberapa kritik menyebut cara itu 'delusional' dan 'paranoid'. Gubernur New Jersey, Chris Christie dari Partai Republik menyatakan mempersenjatai sekolah tak akan membuat mereka lebih aman.
Bahkan sejumlah politisi konservatif yang menyuarakan dukungan pekan ini untuk mempersenjatai petugas keamanan sekolah tak serta-merta menyambut rencana NRA.
Keenggenan itu menjadi indikasi betapa 'beracunnya' debat senjata setelah insiden penembakan Connecticut. Para advokat pengendali senjata pun kian getol menyuarakan pembatasan lebih ketat.
Secara nasional, paling tidak ada 23 ribu sekolah--sepertiganya sekolah negeri--yang telah mempersenjatai petugas keamanan. Angka itu berdasar data tahun ajaran 2009-2011. Sejumlah negara bagian dan distrik yang tidak menggunakan kebijakan itu mulai mendiskusikan gagasan tersebut akhir-akhir ini.
Toh,usulan NRA untuk mempersenjatai sekolah sebagai solusi utama menangkap penembakan di sekolah tetap membikin gusar para anggota parlemen.
"Siapapun yang berpikir NRA akan keluar hari ini dan membuat pernyataan masuk akan mengenai perubahan berarti dan keamanan sama dengan membuat lelucon untuk diri sendiri," ujar anggota Kongres perwakilan Illinois dari kubu Demokrat, Mike Quigley. Ia menjadi politisi pertama yang menyerukan UU baru pembatasan senjata serbu begitu penembakan Connecticut terjadi.
Sementara LaPierre, terdengar dengan nada berkeras, memperjelas posisi organisasi yang tak ingin mencapai rekonsiliasi apa pun. Baik pendukung atau penentang organisasi ini telah menunggu sepekan untuk mengetahui apakah pelobi paling berpengaruh di AS akan mendukung langkah Obama dan Kongres dalam kebijakan baru kontrol senjata.
Dalam pidatonya, La Pierre tidak memberi dukungan terhadap sejumlah proposal yang masuk pada pekan lalu, salah satunya larangan penjualan senapan serbu dan pembatasan amunisi kapasitas tinggi. Para petinggi NRA lain juga menolak berkomentar.
LaPierre terlihat siap mengantisipasi reaksi negatif dalam pidatonya yang kerap bernada marah dan 'mengajak berperang'.
"Lebih banyak senjata akan anda klaim sebagai jawaban NRA atas segalanya." ujarnya. "Implikasi anda akan menyebut bahwa senjata adalah jahat dan tak memiliki tempat di masyarakat, begitu pula di sekolah-sekolah kita. Namun sejak kapan senjata otomatis menjadi kata buruk?"