REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Saat ini para peneliti UGM dan Jepang sedang berupaya memperkenalkan
desa Bawomataluo kepada dunia.
Mereka berupaya memasukkan desa yang terkenal dengan tradisi lompat batu di Pulau Nias tersebut menjadi warisan dunia di Unesco.
Pemerhati Pelestarian Kebudayaan Nias Etis Nehe menyatakan, upaya mengenalkan Bawomataluo ke Unesco memberi angin segar, kekayaan budaya di Bawomataluo tidak akan hilang. Sebab kebudayaan Bawomataluo akan direstorasi.
Masyarakat, ujar Etis, akan diajak terlibat melestarikan kebudayaan Bawomataluo.
"Dengan Bawomataluo menjadi warisan dunia, maka ada tanggung jawab internasional untuk melindunginya. Selain itu pemerintah pusat dan daerah harus berkomitmen melakukan pelestarian," kata Etis, Senin, (24/12).
Jika pemerintah tidak ikut melestarikan, terang Etis, maka Unesco bisa mencabut status itu. Tentu saja pemerintah tidak mau mengambil risiko untuk itu.
Sementara itu, Ketua Tim Peneliti Desa Bawömataluo dari Fakultas Teknik UGM Yoyok Wahyu Subroto menyatakan, pihaknya akan mengenalkan budaya Bawömataluo kepada dunia.
Dalam pengenalan budaya Bawömataluo, ujar Yoyok, akan melibatkan warga desa Bawömataluo. Mereka diminta memotret bagian desa yang dianggap menarik.
“Dari sana, akan dianalisis objekk mana saja yang menurut masyarakat menarik. Hal Itu diperlukan untuk menyusun desa Bawömataluo menjadi daerah wisata ke depan,” kata Yoyok.
Dalam memperkenalkan Bawömataluo kepada dunia, akan mengajak ketua tim riset dari Jepang, Prof. Yasufumi Uekita. Ia juga telah berhasil memasukkan peninggalan budaya Vietnam dan Jepang menjadi warisan dunia di Unesco.
Desa Bawömataluo sendiri terkenal dengan perkampungan tradisional, selain atraksi lompat batu. Bahkan desa tersebut sudah masuk tentative list di Unesco sejak 2009.
Fokus riset dalam mempersiapkan Bawömataluo menjadi wisata dunia, terang Yoyok, tidak hanya pada aspek arsitektur Desa Bawömataluo yang unik. Namun juga memasukkan konsep budaya dalam masyarakat.