Kamis 27 Dec 2012 13:22 WIB

Kaleidoskop Dunia Islam: Moscow, Kota Masa Depan Islam

Rep: Agung Sasongko/ Red: Chairul Akhmad
Remaja Muslim di Rusia.
Foto: asianews.it
Remaja Muslim di Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW – Bagi kalangan imigran negara-negara bekas pecahan Uni Soviet, Kota Moscow menawarkan harapan kehidupan yang lebih baik.

Sebagian besar imigran Muslim menjadikan ibukota negeri Beruang Merah ini sebagai salah satu kota besar Islam di masa depan.

Saat ini, lebih dari dua juta umat Islam menetap di kota terbesar di Rusia ini. Mereka tinggal dan bekerja di Moscow.

Pada saat shalat Jumat tiba, praktis jalan-jalan utama di pusat kota mendadak macet. Puluhan ribu Muslim tumpah ruah di jalan-jalan tersebut. Bagi warga Moscow yang sudah terbiasa tentu maklum meski tak sedikit yang mengumpat.

"Jumlah kami terlalu besar. Beruntung ada masjid di kota ini. Meski sebenarnya masjid yang ada tidaklah siap menampung jutaan Muslim secara tiba-tiba," ungkap Ulugbek, seorang warga Moscow, seperti dikutip britishbusinessfinder.com, Kamis (22/3).

Anggota Kelompok Nasionalis Russovet, Yuri Gorsky, menilai kedatangan para imigran yang kebetulan Muslim merupakan dampak dari kemajuan yang dialami Moscow. "Rusia mungkin sedang membangun kembali gereja, tapi Muslim juga tak berhenti membangun masjid," kata dia.

Gorsky mengaku tak keberatan Moscow dipenuhi orang-orang yang tidak berasal dari etnis Slavia. Namun, ia keberatan kalau Moscow dipenuhi Muslim. "Kami harus hentikan mereka," ketusnya.

Harus diakui tidak semua masyarakat Rusia menerima Muslim. Tak heran, serangan kekerasan bernada rasis marak terjadi. Kelompok hak asasi Rusia, Sova Centren, mencatat pada tahun 2011 silam terjadi serangan rasis yang memakan korban tewas tujuh orang dan 28 luka-luka. Angka itu memang menurun ketimbang tahun 2008 di mana korban tewas mencapai 57 jiwa dan 196 luka-luka.

Meningkatnya populasi Muslim di Moscow juga diimbangi dengan kenaikan toko dan kafe halal di seluruh kota. Mulai dari restoran mahal hingga termurah.

Dampak dari kenaikan jumlah kafe dan toko halal, makanan khas tradisional Asia Tengah laris manis. Sebut saja roti Samsa. Samsa pun mendadak jadi makanan populer di Moscow.

Dampak lain dari meningkatnya populasi Muslim di Moscow juga berpengaruh terhadap urusan asmara. Ternyata, banyak pula perempuan Rusia yang kepincut imigran Asia Tengah. Pasangan Zarif dan Yelena contohnya. Zarif, seorang imigran dari Tajikistan meminang Yelena yang berasal dari Rusia.

Tapi Zarif adalah seorang Muslim yang taat, dan Yelena berasal dari keluarga Kristen Ortodoks. Tidak mudah untuk mendapatkan dukungan orang tua keduanya guna merestui pernikahan mereka. Namun, kini ada yang berubah.

"Saya kadang-kadang membeli pernak-pernik berbau Kristen Ortodoks untuk mertua. Sebaliknya, mertua saya membelikan buku-buku Islam atau kalender," kata Zarif. "Kita hidup dalam harmoni."

Di sisi lain, semakin banyak orang Rusia masuk Islam, di antaranya Ali Vyacheslav Polosin, seorang pendeta Ortodoks dan mantan politikus. Kini, ia mengelola pusat pembinaan mualaf.

Islam mungkin belum menjadi agama mayoritas di Rusia. Namun, tanda-tanda ke arah itu akan menjadi nyata di kemudian hari.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement