REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Jelang malam pergantian tahun baru, pedagang terompet musiman banyak bermunculan. Namun begitu, mereka pesimistis terhadap tingginya omzet penjualan karena faktor cuaca.
Pedagang terompet, Wahidin, di Pekalongan, Kamis, mengatakan, bahwa menurunnya omzet penjualan terompet ini sudah berlangsung sejak perayaan Tahun Baru 2010.
"Hampir setiap perayaan Tahun Baru, kondisi di daerah turun hujan sehingga masyarakat lebih memilih di rumah dari pada merayakan pergantian tahun baru di luar. Selain itu, banyaknya para pedagang yang berjualan terompet berpengaruh besar terhadap omzet penjualan terompet," kata pedagang berasal dari Cirebon itu.
Tidak hanya itu, semakin ketatnya persaingan juga membuat Wahidin makin kesulitan menjual barang dagangannya.
"Hampir dua pekan terakhir ini, beberapa buah terompet saja yang sudah terjual padahal sepekan sebelum perayaan Tahun Baru bisa mencapai 400 buah," katanya.
Pedagang terompet Edo Muslikhun mengatakan bahwa dirinya menjual harga terompet sekitar Rp 5 ribu sampai Rp 20 ribu per buah atau tergantung dari jenis dan ukuran barang itu.
Ia mengatakan bahwa merosotnya penjualan terompet itu juga mengakibatkan banyak pedagang merugi dan mereka terpaksa menyimpan barang yang ditiup itu untuk dijual lagi pada perayaan Tahun Baru selanjutnya.
"Yang jelas, permintaan masyarakat terhadap terompet kini sudah menurun jika dibanding pada lima tahun sebelumnya. Jika sebelumnya, kami bisa meraih untung Rp400 ribu setiap pergantian tahun kini justru terkadang merugi," kata pedagang berasal dari Purbalingga itu.