Kamis 27 Dec 2012 23:01 WIB

Kaleidoskop Dunia Islam: Heboh Film Nista Islam

Rep: Adi Wicaksono/Hafidz Muftisany/ Red: Chairul Akhmad
Cuplikan film Innocence of Muslims.
Foto: hollywoodreporter.com
Cuplikan film Innocence of Muslims.

REPUBLIKA.CO.ID, Empat organisasi regional mengeluarkan pernyataan bersama terkait pembuatan film anti-Islam 'Innocence of Muslims'.

Keempat organisasi regional itu adalah Uni Eropa, Uni Afrika, Liga Arab, dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

Keempatnya sepakat mengutuk film yang dibuat di Amerika Serikat tersebut. Pernyataan bersama ditandatangani Sekjen OKI, Ekmeleddin Ihsanoglu; Sekjen Liga Arab. Nabil Arabi; Komisi Perdamaian Uni Afrika, Ramtane Lamamra; dan Perwakilan Uni Eropa Bidang Luar Negeri, Catherine Ashton.

"Kami mengutuk setiap pesan tentang kebencian dan intoleransi. Kami sadar perilaku sebagian kecil orang tidak merepresentasikan posisi masyarakat secara lebih luas. Namun, kerusakan yang ditimbulkan dapat sangat masif," demikian pernyataan yang ditandatangani di Jeddah, Arab Saudi, Jumat (21/9) itu.

Dalam pernyataan tersebut, keempat organisasi mengakui adanya hak kebebasan berekspresi. Namun, hak tersebut bukan berarti dapat digunakan untuk menghina kesakralan agama.

"Dengan mengakui kebebasan berekspresi, kami percaya pada pentingnya menghormati semua nabi, apa pun agamanya. Agama tidak seharusnya digunakan untuk mengobarkan provokasi, konfrontasi dan ekstremisme."

Film “Innocence of Muslims” memancing banyak kecaman karena dianggap merendahkan Islam dan melecehkan Nabi Muhammad SAW. Seperti di Mesir dan Libya, kecaman dilakukan dengan protes ribuan demonstran. Bahkan, aksi itu menewaskan Dubes AS untuk Libya dan tiga diplomat AS lainnya.

Teladan Rasulullah

Umat Islam juga dunia diimbau untuk mempromosikan ajaran dan teladan Nabi Muhammad SAW ke seluruh dunia. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap film "Innocence of Muslims".

Presiden Nasional Umat Islam Amerika Utara (MUNA), Rahmad Chowdhury, mengatakan film "Innocence of Muslim" tidak hanya menghina umat Islam tetapi juga masyarakat AS. "Kebebasan berekspresi bukan bertujuan untuk merendahkan dan menyebarkan kebencian," kata dia seperti dikutip onislam.net, Ahad (7/10).

Menurut Chowdhury, ekstremisme dan terorisme bukanlah bagian dari Islam. Kedua kelompok itu memiliki agama sendiri; bukan Islam, Yahudi atau Kristen. Untuk itu, ia mendesak Muslim AS untuk menemukan cara yang lebih baik guna menangani ide-ide ekstremis yang menargetkan Islam.

"Kita harus temukan cara yang lebih baik untuk merespons. Jangan reaksioner tapi visioner," kata Chowdhury.

Sementara itu, pendiri perusahaan Muhammadi Media Company, Muhammad Ibrahim, menyebarluaskan video yang dibuatnya tentang ajaran dan teladan Nabi Muhammad SAW di jejaring sosial.

Video itu diberi judul “Mercy 5”. Apa yang saya buat ini merupakan respons langsung terhadap film anti Islam," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement