REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda (PP) Muhammadiyah, Saleh Partaonan Daulay, memperkirakan partai-partai besar akan berupaya menghalangi munculnya figur alternatif sebagai calon presiden dengan menolak diturunkannya presidential threshold.
"Partai-partai besar mengkhawatirkan munculnya capres-capres alternatif yang memiliki popularitas cukup tinggi," kata Saleh Partaonan Daulay dihubungi di Jakarta, Jumat (28/12). Bahkan untuk beberapa nama tertentu, kata dia, tingkat popularitasnya melebih calon-calon presiden yang akan diusung partai politik, sehingga partai khawatir calonnya akan tersaingi.
Menurut dia, jika presidential threshold diturunkan, maka peluang capres-capres alternatif itu akan semakin besar. Mereka akan dengan mudah dilirik oleh partai-partai kecil untuk diusung menjadi calon presiden. "Partai-partai kecil juga butuh dukungan popularitas dari capres alternatif tersebut untuk menaikkan perolehan suara pada pemilu legislatif." ujarnya.
Menurut dia, presidential threshold yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden sudah moderat. "Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana caranya agar figur-figur di luar parpol bisa diakomodir. Mungkin bisa lewat mekanisme konvensi di masing-masing internal parpol," katanya.
Dengan mekanisme konvensi, kata dia, maka peluang calon dari luar partai politik masih terbuka untuk ikut bersaing dalam pemilihan presiden. "Perlu kedewasaan partai-partai politik untuk membuka peluang bagi capres non-parpol. Kalau betul demokrasi yang kita bangun adalah untuk kepentingan bangsa dan negara, maka seluruh capres potensial dan diminati rakyat harus diberi peluang," pungkasnya.