REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang seniman, tentu tidak akan tega untuk syuting di suatu tempat yang ada orang menderita. Begitulah, tanggapan aktor kawakan Slamet Rahardjo menanggapi pelaksanaan syuting sinetron 'Love in Paris' di ruang ICU RSAB Harapan Kita.
''Saya sendiri tidak tega kalau syuting di tempat yang ada orang beneran sakit. Harusnya kita tahu diri,'' kata Slamet di Jakarta, Jumat (28/12).
Menurutnya, seniman yang baik, tentu akan mempertimbangkan kondisi yang tidak memungkinkan, seperti di ruang ICU. Slamet menilau, bukan masalah boleh atau tidak boleh tapi secara moral, seniman harus mengerti tempat.
Namun, Slamet mengatakan kasus yang terjadi dalam pembuatan sinetron Love in Paris, juga jangan membuat publik menggeneralisasi semua sineas seperti itu.
Secara terpisah, Produser PT Demi Gisela Citra Sinema, Zairin Zain megatakan, dia pernah menggunakan ICU Rumah Sakit Sahid untuk suting sinetron. ''Saya pernah juga menggunakan ICU rumah sakit, tapi saat itu ruangan sedang kosong dan tak ada pasien,'' ujarnya.
Zairin mengatakan, izin penggunaan lokasi pastilah harus dikantongi untuk memakai fasilitas tersebut. Lagi pula rumah sakit yang dipakai, terlebih dahulu menyampaikan batasan-batasannya. ''Mana yang boleh mana yang tidak. Kita harus taati,'' kata Zaini.
Diakuinya, cukup susah mendapat izin menggunakan area publik, apalagi seperti rumah sakit. Karena itu, kebanyakan sinetron yang dibuatnya menggunakan setting. Dia mengatakan, ada beberapa rumah sakit yang memungut bayaran tapi banyak juga yang gratis. Yang tidak dipungut biasanya, berbentuk kerja sama.
Namun, jika mengaitkan antara syuting sinetron "Love ini Paris' dengan kematian Ayu Tria, Zaini mengatakan, sepertinya tidak mempercayai takdir Allah.