REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung, KH Miftah Faridl mengaku cemas karena perayan tahun baru masehi yang identik dengan hura-hura sudah menyerbu ke pelosok pedesaan.
"Adanya hiburan-hiburan di malam jelang tahun baru memang tidak dilarang, tapi hendaknya diisi dengan kegiatan yang bermanfaat," kata Kiai Miftah.
Guru Besar Etika dan Humaniora ITB ini mencontohkan kegiatan bermanfaat bisa berupa pengajian, diskusi dan tenggang rasa terhadap saudara yang terkena musibah.
Islam, kata Kiai Miftah, memang tidak memberi bimbingan khusus dalam menyambut tahun baru. Namun, kegiatan bermanfaat seperti pengajian boleh jadi pilihan apik dibanding bersenang-senang ketika saudara yang lain sedang kesusahan.
"Masih banyak saudara-saudara korban banjir yang membutuhkan pertolongan kita. Tahun baru ini hendaknya dimanfaatkan untuk menjalin persaudaraan di antara sesama," jelas ayah empat orang anak ini.
Menurutnya kegiatan muhasabah atau pengajian seperti yang digelar Harian Republika, bisa menjadi peluang menjaga tali persaudaraan yang kini sulit dilakukan.
"Momentum tahun baru harus jadi peluang persaudaraan yang agak mahal dilakukan dewasa ini," tutupnya.