REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Sejumlah bom dan tembakan menewaskan 22 orang di Irak, Senin (31/12). Peristiwa tersebut terjadi saat negara tersebut dilanda protes anti pemerintah dan krisis politik saat berlangsungnya ritual keagamaan kaum Syiah.
Dalam serangan mematikan di Mussayib, sebelah selatan Baghdad, itu tujuh orang terbunuh terdiri dari tiga wanita, dua anak-anak, serta dua lelaki. Sementara beberapa lainnya luka-luka
Belum ada kelompok yang dianggap paling bertanggung jawab atas serangan terhadap puluhan kota yang melukai 83 orang tersebut. Akan tetapi diduga Alkaidah dari kaum Sunni dianggap paling berperan dalam tindakan kekerasan itu.
Kekerasan bermula saat pemrotes anti pemerintah memblokir jalan utama ke Suriah dan Jordania. Tensi politik meningkat di tengah berlangsungnya ketegangan antara Perdana Menteri Nuri Al Maliki dan Partai Iraqiya dari kalangan Sunni.
Telah terjadi banyak kekerasan yang ditujukan kepada para peziarah Syiah yang melaksanakan perayaan Arbain pada pekan ini. Tampaknya serangan tersebut memang ditujukan bagi orang Syiah.
Sementara itu, serangan di Baghdad dan sebelah utara kota itu telah menawaskan sedikitnya 12 orang. Di distrik pusat bisnis Karrada sebuah mobil meledak berawal dari aksi bom bunuh diri yang merenggut empat nyawa dan 20 luka-luka.
Aksi kekerasan mematikan marak setelah mayoritas Sunni Irak memprotes pemerintahan yang dipimpin oleh perdana menteri dari kaum Syiah.
Demonstrasi yang merebak memaksa otoritas memberi pengamanan ekstra seperti penjagaan terhadap menteri keuangan Rafa Al Essawi. Tokoh dari Partai Iraqiya itu menuntut perdana menteri untuk meletakkan jabatannya sehingga membuat tensi politik di negeri itu memanas.