REPUBLIKA.CO.ID, NIKOSIA -- Untuk pertama kali sejak Siprus menjadi negara merdeka 52 tahun lalu, beberapa pemerintah kotapraja membatalkan pesta tradisional untuk menandai berlalunya tahun lama dan kedatangan tahun baru pada Senin (31/12) akibat krisis ekonomi negeri itu.
Di tengah pengangguran mencapai 12 persen dan kebanyakan orang kehilangan pekerjaan mereka selama 2012, banyak keluarga di negara yang pernah memiliki standar hidup tertinggi di kalangan anggota Uni Eropa itu bergantung atas uluran tangan organisasi bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Pemerintah Siprus juga direncanakan menandatangani kesepakatan talangan dengan para pemberi pinjaman internasional pada tahun 2013. Negara itu diperkirakan akan kehabisan uang dalam waktu dua bulan ke depan.
Seperti dilansir Xinhua, Walikota Nikosia, Constantinos Yiorkadjis, mengatakan uang yang dialokasikan buat perayaan Tahun Baru di lapangan utama kota tersebut dibagi untuk beberapa ratus keluarga yang memerlukannya.
Ia mengatakan keputusan itu diambil oleh Dewan Kotapraja di Ibu Kota Siprus tersebut, setelah anak sekolah dasar mengirim petisi yang mengatakan mereka memilih tak berpesta dan uang itu diberikan kepada murid lain yang bersekolah dalam kondisi kelaparan pada pagi hari.
Satu pasar swalayan lokal mengimbangi jumlah uang yang disumbangkan oleh Dewan Kota dengan makanan yang dibagikan kepada keluarga yang membutuhkan.
Pesta Tahun Baru, yang biasanya dimulai satu jam sebelum tengah malam dan berlanjut sampai dini hari, menarik beberapa ribu warga kota, termasuk banyak pekerja asing yang tinggal di bagian kuno kota tersebut --yang dikelilingi oleh tembok Abad Pertengahan, Venesia.
Kasus yang sama terjadi dengan Kota Pelancongan di bagian barat negeri itu, Paphos, yang lebih terkenal sebagai lokasi kuil kuno terkenal Dewi Yunani, Aphrodite. Walikota Paphos mengatakan uang yang dianggarkan buat pesta dibagikan kepada perhimpunan orang tua di sekolah lokal --yang mengurus murid yang memerlukan.
Beberapa kotapraja lain membatalkan perayaan akibat kekurangan uang, tapi beberapa kota besar lain memutuskan untuk tetap menggelar pesta Tahun Baru, bahkan dengan anggaran yang dipangkas.
Andreas Christou, Walikota Limassol di pantai selatan negeri tersebut, mengatakan perayaan itu memiliki dua tujuan --untuk mengirim pesan optimisme dan harapan serta memberi hiburan bagi warga kota yang tak memiliki sarana untuk menyambut Tahun Baru dengan kegembiraan.
"Krisis ada di sini, tapi kita juga ada di sini, dan kami mengatakan kita akan mengatasi kesulitan di depan kita, seperti yang telah berulangkali kita lakukan sebelumnya pada masa lalu," kata Christou.