Selasa 01 Jan 2013 15:32 WIB

2013, Dunia Industri Dihantui Mimpi Buruk

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Dewi Mardiani
tarif dasar listrik (ilustrasi)
tarif dasar listrik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kenaikan biaya bertubi-tubi menimpa industri dalam negeri. Setidaknya, ada tiga biaya yang akan naik. Biaya Tarif Dasar Listrik (TDL), kenaikan harga gas tahap kedua, dan kenaikan upah. Tahun 2013 pun tampak menjadi sesuatu yang menakutkan.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri, Riset, dan Teknologi, Bambang Sujagad, mengatakan kenaikan memberatkan pelaku usaha, terutama padat karya. Tahun 2013, TDL akan naik 15 persen. Kenaikan akan dilakukan bertahap per tiga bulan. Setiap tiga bulan, TDL akan naki rata-rata 3,75 persen.

Ia mengatakan, kenaikan TDL akan terasa mulai kuartal kedua. Ia tidak yakin industri akan tumbuh sebagaimana yang sudah ditargetkan pemerintah sekitar 6-7 persen. "Kuartal kedua baru akan terasa, padahal pada April, harga gas juga akan naik lagi," ujar Bambang, saat dihubungi, Ahad (1/1).

Ia meminta semua pihak bersiap untuk mendapatkan ‘kejutan’ saat berbagai kenaikan biaya mulai terasa dampaknya pada kuartal kedua mendatang. Menurutnya, tahun 2013 akan cukup sulit dibandingkan 2012.

Tahun 2012, saat pasar dunia sedang sepi, pelaku industri masih bisa prioritas pada pasar dalam negeri. Kini, di tahun 2013, pelaku industri dibuat bingung karena pasar dunia belum membaik, tapi biaya produksi barang industri lebih mahal dibandingkan barang-barang impor.

Ia mengatakan barang-barang impor lebih murah dibandingkan produksi lokal. Pasalnya, negara lain tidak mengalami kenaikan biaya seperti yang dialami Indonesia. Komponen upah saja, kata Bambang, berkontribusi sekitar 32 persen dari biaya produksi. Ditambah kenaikan beberapa harga barang baku, kenaikan listrik, pelaku usaha merasa terbebani.

Pemerintah, kata Bambang, bisa saja memberikan kompensasi dari kenaikan biaya. Ia menyebutkan dua hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengompensasi kenaikan biaya produksi. Pertama, kata dia pemerintah bisa memberikan bunga yang cukup rendah, setidaknya satu digit bagi pelaku usaha. selain itu, pemerintah diminta menurunkan biaya logistik dan menghentikan 'pungutan-pungutan' agar proses usaha bisa berjalan dengan lebih murah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement