Selasa 01 Jan 2013 17:43 WIB

Pelemahan Rupiah Jerumuskan Emiten

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dewi Mardiani
Harga saham/ilustrasi
Harga saham/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan rupiah setahun teakhir kemarin menunjukkan anomali tak wajar. Disaat pasar saham dan pasar modal nasional diguyur rezeki berlimpah dilihat dari kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG), Rupiah justru kian jatuh terjerembab dari level Rp 9.000 per dolar AS diawal tahun.

Direktur Currency Management Board, Farial Anwar, menilai perusahaan-perusahaan emiten yang memunyai kewajiban valuta asing (valas) adalah pihak pertama yang terimbas pelemahan Rupiah tak wajar ini. "Perbedaan satu juta dolar AS saja, maka perusahaan harus menambah Rp 650 juta. Ini tak bagus untuk perekonomian Indonesia," katanya dihubungi, Selasa (1/1).

Mata uang Rupiah, kata Farial, merupakan yang terburuk di Asia. Ketika pasar modal meningkat cukup signifikan, seharusnya banyak asing yang menjadi net buyer. Asing datang membawa dolar AS ke Indonesia, dengan kata lain, terjadi penjualan dolar AS yang mendongkrak penguatan Rupiah.

Akan tetapi, kata Farial, hal tersebut tak terjadi. Pasalnya, likuiditas dolar AS lebih besar dari Rupiah, sehingga permintaannya jauh lebih besar dari penawarannya. Orang-orang lebih aman (secure) menyimpan dolar AS ketimbang Rupiah.

Perusahaan-perusahaan yang bertransaksi utang dalam dolar AS akan terimbas pertama oleh pelemahan Rupiah signifikan 2012 kemarin. Berdasarkan data laporan keuangan emiten kuartal III 2012 di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Indosat Tbk (ISAT) misalnya, misalnya, mengalami kerugian kurs hingga Rp 616,33 miliar.

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), merugi karena selisih kurs hingga Rp 297 miliar. Berikutnya PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang merugi karena selisih kurs hingga Rp 1,58 miliar.

Diawal Januari 2012, BI menetapkan kurs tengah Rupiah dikisaran Rp 9.079 - Rp 9.171 per dolar AS. Pada penutupan Desember 2012, Rupiah ditutup melemah di kisaran Rp 9.670 - Rp 9.680 per dolar AS. Artinya, sepanjang 2012, Rupiah melemah hingga Rp 600 - Rp 650 per dolar AS hanya dalam setahun.

Menurut Farial, hanya Rp 300 lagi maka Rupiah bisa menyentuh Rp 10 ribu per dolar AS. "Ini bukan hal yang sulit. Setahun ini (2013), hal ini mungkin saja bisa terjadi," katanya. Banyak pihak terkait untuk menstabilkan Rupiah tahun ini. Khususnya, situasi ekonomi, politik dan demokrasi di pemerintahan.

BI berkomitmen menjaga nilai tukar Rupiah tak akan jauh dari level Rp 9.600 per dolar AS. Bank Sentral memproyeksikan inflasi akhir tahun ini secara total hanya akan ada di level 4,3 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement