Selasa 01 Jan 2013 18:59 WIB

Senat AS Salahkan FBI dan CIA

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Dyah Ratna Meta Novi
Senat AS
Foto: lewandpatpolitics.wordpress.com
Senat AS

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Senat Amerika Serikat (AS) menolak laporan dari Departemen Luar Negeri tentang peristiwa serangan terhadap kantor Duta Besar AS, Benghazi, Libya, 11 September 2011 lalu.

Komite Keamanan Dalam Negeri mengatakan, serangan itu terjadi karena minimnya pengamanan di negeri konflik tersebut. Senat juga menyalahkan lemahnya intelijen untuk mengantisipasi peristiwa yang menewaskan Duta Besar Chris Stevens.

Ketua Komite, Senator Joe Lieberman dan Senator Susan Collins, (Partai Republik) menyampaikan, serangan tersebut adalah bentuk terorisme. Laporan dengan judul Flashing Red: A Special Report on the Terrorist Attack at Benghazi, yang dibacakan senat dan dilansir Reuters, Senin (31/12) mengatakan FBI dan CIA melakukan kesalahan dengan mengubah beberapa faktor keamanan yang membuat peristiwa itu terjadi.

Komite menghendaki agar peristiwa yang dipicu oleh aksi demonstrasi Muslim di Ibu Kota Libya itu dituntaskan. Dan merekomendasikan, perlunya perluasan dan memperdalam fokus intelijen untuk keamanan di negara bekas rezim Muammar Khadafi itu.

Laporan ini adalah hasil investigasi panjang yang dilakukan Senat atas peristiwa di Benghazi. Senat membentuk semacam tim independen utnuk mengetahu siapa yang bertanggung jawab atas lemahnya keamanan di kedutaan.

Senat menyimpulkan keterlibatan kelompok separatis Al-Qaeda berada dibalik peristiwa itu. Departemen Luar Negeri, dalam suatu laporan sebelumnya mengatakan, serangan di Benghazi tidak terkait dengan terorisme. Dikatakan serangan itu adalah murni reaksi masyarakat Muslim atas beredarnya video Innocense of Muslim.

Pernyataan itu juga didukung oleh Duta Besar AS di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Sussan Rice beberapa waktu lalu.Presiden AS Barack Obama saat wawancara bersama NBC Ahad (29/12) mengatakan, AS sudah mengantongi kelompok-kelompok yang melakukan serangan tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement