Rabu 02 Jan 2013 15:57 WIB

Umat Islam Jangan Tertipu Provokasi Global!

Rep: Agung Sasongko / Red: Citra Listya Rini
Muslim Turki  (ilustrasi)
Muslim Turki (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Ulama Turki, Mehmet Gormez meminta Muslim Eropa untuk tidak tertipu provokasi global. Sebaliknya, umat Islam diharapkan mampu menghadapi provokasi tokoh anti-Islam macam Salman Rushdie atau Geert Wilders dengan cara-cara demokratis.

"Provokasi ini bertujuan untuk membuat umat Islam lebih radikal dan kehilangan kontrol. Mereka dengan mudah mengatakan Islam adalah agama kekerasan," kata dia seperti dikutip laman todayszaman, Rabu (2/1).

Karena itu, menurut Gormez, umat Islam tidak perlu untuk menunjukan reaksi berlebihan seperti menyerang kedutaan atau membunuh orang. "Tidak mungkin untuk menjelaskan tindakan kekerasan atas dasar apapun seperti kemanusiaan atau Islam," kata dia.

Terkait dalih kebebasan berekspresi, Gormez mengatakan Ada batas-batas tertentu yang sebenarnya diketahui namun tampaknya dilanggar tanpa alasan yang jelas.  Seperti di Jerman, kata dia, poster yang dirilis Kementerian Dalam Negeri Jerman terkait klaim radikal Islam atau teroris merupakan insiatif yang salah.

Demikian pula dengan pernyataan Kanselir Angela Merkel yang mengatakan Jerman gagal membangun masyarakat multikultural.

"Sayang, Jerman mulai mempertimbangkan keberadaan warga yang memiliki latar belakang etnis berbeda.  Tapi pertimbangan ini lebih kepada hal berbahaya, yakni mengarah rasisme, xenofobia, dan Islamofobia," kata dia.

Menurut dia, Kementerian Dalam Negeri Jerman seharusnya lebih proaktif berkontribusi positif terhadap integrasi Muslim ke dalam masyarakat Jerman bukan mempertimbangkan tuntutan mereka.

Saat ini, telah ada sejumlah model integrasi utama seperti model Al-Jazair di Pranis, model India-Pakistan di Inggris dan Turki di Jerman. Dari ketiga model yang disebutkan itu, Gormez mengklaim model Turki adalah yang terbaik.

Menurut dia, keberhasilan Turki beradaptasi dan selanjutnya berintegrasi karena kemampuan untuk mengabaikan provokasi. Hal itu juga didukung dengan aktivitas masjid Turki yang tidak pernah terkait dengan aktivitas ilegal yang merusak perdamaian dan pluralitas.

"Sampai saat ini ratusan ribu artikel yang mengkritik Islam telah dipublikasikan. Ini merupakan tanda provokator ingin menciptakan ketegangan antara Muslim dan Eropa," ucapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement