REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO --- Pertempuran sengit antara Tentara Pembebasan Suriah (FSA), dan tentara pemerintah terus berlanjut. Kali ini FSA menggempur bandara di kota niaga Aleppo.
Kantor berita pemerintah, SANA mengatakan 'pemberontak'--demikian rezim Assad menyebut penentangnya--menargetkan penguasaan bandara di Distrik Idib. ''Ini adalah serangan paling intens sejak Rabu (2/1) pagi,'' tutur Direktur Observatorium Hak Asasi Manusia di Suriah, Rami Abdul Rahman, seperti dilansir AP, Rabu (2/1)
AP mengatakan, personil FSA bersama sipil bersenjata, sepekan terkahir mulai meningkatkan serangan ke basis-basis pertahanan udara pemerintah. Serangan sejauh ini hanya dilakukan lewat darat mengingat oposisi tidak memiliki unit pesawat tempur.
Serangan dilakukan untuk memotong jaringan suplai persenjataan untuk artileri tentara rezim Presiden bashar al-Assad. Observatorium yang berbasis di London, Inggris tersebut juga mengatakan, sebuah ledakan besar juga terjadi saat Sabtu (29/12), dengan target pesawat sipil. Namun tidak ada rincian jumlah korban dari pemerintah.
Upaya penguasaan bandara oleh FSA disebut tidak berhasil. Namun, petugas bandara terpaksa menutup pelayanan penerbangan dan membatasi akses menuju bandara.
Pejabat bandara mengatakan, situasi keamanan mulai terkendali dalam perimeter yang telah ditentukan. Si pejabat tadi menyebut serangan tidak mengkhawatirkan bagi keselamatan petugas. Namun dia menambahkan, serangan ke bandara-bandara akan membahayakan penerbangan, dan mengancam penerbangan sipil.
''Ada upaya dari FSA menyerang penerbangan sipil,'' ungkapnya, seperti dilansir BBC, Rabu (2/1). Sementara itu, jet tempur MIG milik pemerintah, membombardir pinggiran ibu kota.
Aktivis Oposisi Pembebasan Suriah (SNC) Daraya Abu, mengatakan serangan hebat terjadi sejak malam tahun baru di kota-kota di timur laut Damaskus, seperti Daraya dan Moadamiyet al-Sham.
Sedangkan di perbatasan, sebanyak 20 tentara Suriah menyatakan membelot, dan menyeberang ke Turki. Kanal Alarabiyah mengatakan satu diantara pembelot adalah seorang jenderal. Ini adalah gelombang pembelotan teranyar, selama tiga bulan terakhir.