REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Sejumlah orang bersenjata menculik tujuh prajurit dari sebuah bis di Pakistan, Rabu, kata beberapa pejabat militer, hanya beberapa hari setelah gerilyawan Taliban mengeksekusi 21 aparat yang mereka tahan.
Kelompok bersenjata itu membawa ketujuh prajurit tersebut dan membiarkan pergi seorang tukang sapu yang berada di bis itu bersama mereka, kata seorang pejabat militer.
Menurut sumber-sumber lain, kelompok penculik memakai seragam militer.
Para prajurit itu sedang bepergian antara markas militer di Rawalpindi dan kantor mereka di provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan utara, ketika mereka diculik dari bis itu di Jand di provinsi Punjab.
Komandan Taliban Tariq Afridi, yang pasukannya berada di daerah tersebut, tidak bisa dihubungi untuk diminta komentarnya dan tidak ada juru bicara Taliban yang bisa dikontak melalui telepon.
Pekan lalu, Taliban menculik 23 personel paramiliter, dan 21 dari mereka ditemukan tewas Minggu dalam keadaan terikat, mata ditutup dan ditembak kepalanya. Satu orang berhasil melarikan diri dan satu lagi terluka parah.
Senin, sembilan mayat dengan luka-luka peluru ditemukan di Waziristan Utara, kata sejumlah orang suku setempat. Seorang juru bicara Taliban mengklaim bahwa mereka adalah gerilyawan yag ditahan dalam beberapa bulan terakhir.
Waziristan Utara adalah salah satu dari tujuh daerah di kawasan suku semi-otonomi Pakistan, dimana Taliban dan militan terkait Al Qaida memiliki pangkalan-pangkalan yang digunakan untuk merencanakan serangan di Afghanistan.
Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.
Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al Qaida dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.
Pakistan juga mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al Qaida di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.
Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.
Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror.
Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.
Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan puluhan serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei 2011.