REPUBLIKA.CO.ID, Tak jauh dari garis terluar Indonesia timur, terbentang pulau-pulau kecil layaknya buih di perairan Samudra Pasifik.
Dalam gugusan pulau-pulau kecil itulah Republik Vanuatu berada.
Meski lokasinya tak strategis dan sangat terpencil, Vanuatu menjadi rumah nyaman bagi sekitar 200 Muslim. Minoritas memang, tetapi mereka hidup damai di negeri berpenduduk 243 ribu jiwa dengan sepertiganya Kristiani itu.
Bertetangga dengan Fiji dan Australia, Vanuatu merupakan wilayah bekas jajahan Inggris dan Prancis. Negara yang luasnya hanya 12 ribu kilometer persegi tersebut kondang dengan keindahan alamnya. Pesona alam ini pula yang menarik wisatawan dunia melancong ke sana.
Negeri ini pun kemudian dikenal sebagai tempat paling bahagia di dunia. Menurut New Economic Foundation, Vanuatu terpilih sebagai satu dari 178 negara dunia yang nyaman untuk tempat tinggal.
Vanuatu juga memiliki indeks Happy Planet tertinggi di dunia. Lantas, apakah kaum Muslim yang tinggal di sana juga menikmati kehidupan yang tenang dan bahagia? Sepertinya demikian.
Dalam sebuah video yang dilansir Vanuatu Daily Digest, tampak senyum merekah di setiap wajah Muslim Vanuatu. Para Muslim pria mengenakan gamis putih sederhana, tetapi rapi.
Mereka tak lagi mengenakan kain yang dililit saja di bagian bawah tubuh sebagaimana busana adat primitif setempat. Muslimah pun mengenakan jilbab di tengah budaya pakaian pantai Vanuatu.
Jacklin, Muslimah yang pertama kali mengenakan jilbab di Vanuatu, mengaku sering kali diperlakukan sebagai orang asing. Sepulang dari studi di Malaysia, Jacklin memutuskan untuk mengenakan jilbab.
"Saya belajar banyak hal tentang bagaimana perempuan harus berpakaian. Saya sangat takut ketika kembali ke Vanuatu. Ketika melihat saya, mereka mengira saya wanita Arab,'' kenang Jacklin.