REPUBLIKA.CO.ID, Di Vanuatu, tak ditemui madrasah ataupun sekolah Islam. Anak-anak Muslim belajar di sekolah umum dan menimba ilmu Islam di masjid.
Untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, mereka harus pergi ke luar negeri, minimal ke Fiji, negara tetangga mereka.
Saat ini terdapat 28 Muslim dari Vanuatu yang belajar di universitas Islam di luar negeri, seperti di Fiji, Malaysia, Selandia Baru, Arab Saudi, Iran, dan Pakistan.
Nantinya, mahasiswa Muslim tersebut pulang untuk menjadi dai. Muslim di Vanuatu tak pernah mengharapkan ataupun bergantung pada ulama dari luar negeri. Untuk mendapatkan pengajar agama, Muslim Vanuatu mengirim anak-anak mereka untuk menimba ilmu Islam ke luar negeri.
Jemput Islam dari India
Pada umumnya, penyebaran agama Islam di kawasan tertentu dilakukan oleh para pendatang, entah pedagang ataupun ulama. Namun, hal tersebut tak berlaku bagi Vanuatu. Islam dikenal di negeri ini bukan karena jasa para pendatang, melainkan karena menjemputnya ke negeri Muslim.
Seperti dikatakan Sekretaris Jenderal Vanuatu Islam Society, Mustapha Kalaos, Islam pertama kali masuk ke Vanuatu, tepatnya di Desa Melle, pada 1978 lewat seorang tokoh bernama Hussein Nabanga.
Lima tahun sebelumnya, Nabanga pergi ke India untuk mengikuti kursus singkat penerjemahan Injil. Namun tak disangka, ia justru mengenal Islam di sana dan memutuskan menjadi Muslim.
Saat pulang ke Vanuatu, ia kemudian menyebarkan agama barunya kepada warga Desa Melle. "Sejak tahun 1978 itulah, dimulai dari Melle, di mana warga satu desa beralih ke Islam, agama Muhammad ini tersebar ke seluruh negeri," tutur Kalaos.
Menurut Kalaos, Islam dengan mudah diterima masyarakat karena karakter Nabanga yang baik serta pembawaannya yang humoris. Namun, satu hal penting dalam meyakinkan warga Malle untuk memeluk Islam adalah cara hidup dunia akhirat yang telah diatur secara lengkap dalam Islam.
Sejak dakwah Nabanga tersebut, Islam dikenal dan berkembang luas di kalangan masyarakat Vanuatu.