REPUBLIKA.CO.ID,SUKABUMI--Cuaca buruk akhir-akhir ini menyebabkan sekitar 60 persen nelayan di pesisir selatan Kabupaten Sukabumi tidak melaut. Gelombang dan angin kencang dapat mengancam keselamatan nelayan ketika mencari ikan di tengah laut.
"Mayoritas nelayan memang sudah tidak melaut,’’ ujar Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Sukabumi, Dede Ola, Kamis (3/1).
Dari data HNSI, ujar Dede, jumlah nelayan Kabupaten Sukabumi mencapai sekitar 20 ribu orang. Ribuan nelayan ini tersebar di enam lokasi pendaratan ikan tersebut adalah Cisolok, Cibangban, Ujung Genteng, Palabuhan Ratu, Ciwaru, dan Minajaya.
Selain faktor cuaca buruk, terang Dede, nelayan enggan melaut karena hasil tangkapan tidak sebanding dengan biaya operasional. Dampaknya, bila dipaksakan untuk melaut maka para nelayan harus menanggung kerugian yang cukup besar.
Diakui Dede, banyaknya nelayan yang tidak melaut berdampak pada menurunya produksi ikan laut. Penurunan produksi ikan hingga mencapai sekitar 80 persen dibandingkan kondisi normal. Pada hari-hari biasa produksi ikan laut mencapai sekitar 50 ton, namun kini maksimal hanya sebanyak 10 ton saja.
Dede mengakui, sebagian nelayan kini telah beralih profesi untuk dapat bertahan hidup. Mereka ada yang berdagang ikan, buruh bangunan hingga menjadi petani.
Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Sukabumi, Tendi Sudama membenarkan adanya pengurangan hasil tangkapan ikan nelayan. Menurutnya, masa paceklik ini merupakan awal dari musim angin barat. Jenis ikan yang paling banyak penurunannya adalah tongkol kecil.