REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Muhammadiyah kembali membuat terobosan dalam bidang pendidikan.
Dengan diselengarakannya Seminar Nasional Manajemen Pengelolaan Pesantren, Persatuan Pondok Pesanteren Muhammadiyah berencana memperbaiki kualitas pendidikan umum masyarakat melalui media keagamaan.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsudin, mengatakan dengan adanya workshop ini, pondok pesantren Muhammadiyah harus mempunyai nilai tambah yang berbeda di banding lainya.
Karena, fokusnya tidak hanya pada sisi keagamaan semata, melainkan pengetahuan umum. “Pesantren tersebut, harus melakukan improvisasi dan inovasi yang berarti,” kata Din, Kamis (3/1)
Din menyatakan pihaknya memang tidak terlalu memprioritaskan pendidikan dalam bidang pesantren. Pasalnya, selama ini, nilai yang ada dalam pesantren cukup bertolak belakang dengan prinsip yang dianut Muhammadiyah.
Namun, dengan adanya seminar ini, dia berharap PP Muhammadiyah Pusat akan mendukung program tersebut. Dengan syarat, harus ada keseimbangan antara disiplin ilmu pengetahuan dan keagamaan. “Jangan hanya menonjolkan ilmu agama,” ujarnya.
Ketua Majelis Pendidikan Dasar Menengah (Dikdasmen) PP Muhammadiyah Pusat, Badhowi, mengatakan unsur itulah yang menjadi nilai tambah pondok pesantren (ponpes) Muhamadiyah.
Karena itu, dia berani mengindikasikan bahwa nantinya, keberadaan pesantren tersebut dapat melebihi kualitas sekolah ataupun madrasah muhammadiyah. Meskipun tidak mengurangi pendidikan umum, namun unsur keagamaan santri pesantren akan lebih kuat.
“Terlebih, Dikdasmen PP Muhammadiyah Pusat mendukung adanya program tersebut. Workshop ini harus menjadi solusi solusi bagi ponpes Muhammadiyah yang selama ini dinilai tertinggal dan tidak diperhatikan,” kata Baidhowi.
Dengan begitu, para pimpinan ponpes yang hadir saat ini, bisa kembali ke pesantrennya dengan membawa perubahan yang memajukan Muhammadiyah. Tentunya, perubahan tersebut bukan hanya dari segi stuktur seperti, kurikulum dan manajemen pengelolaan pesantren, melainkan juga terhadap pembinaan santrinya.