Kamis 03 Jan 2013 22:09 WIB

Kisah Turis Jepang yang Nekat berlibur di Negeri Perang (Part 1)

Gedung-gedung di dekat Lapangan Saadallah al-Jabri kota Aleppo, Suriah hancur akibat ledakan bom hari Rabu (3/10).
Foto: AP
Gedung-gedung di dekat Lapangan Saadallah al-Jabri kota Aleppo, Suriah hancur akibat ledakan bom hari Rabu (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Toshifumi Fujimoto adalah seorang supir truk di Jepang yang biasa mengantar barang-barang dari Osaka ke Tokyo atau Nagasaki. Lantara bosan dengan rutinitasnya tersebut, ia memutuskan istirahat sejenak berplesir ke negara orang. Nekatnya, pria berusia 45 tahun ini memutuskan berplesir ke negara perang, tepatnya Suriah. 

Kejenuhan tingkat tinggi akan rutinitasnya tersebut yang membawa Fujimoto terbang daru Jepang ke Suriah. Cara menghilangkan kejenuhannya pun sangat ekstrem. Ia menginjakkan kaki hanya untuk mengambil foto dan video di tengah hujan peluru di Aleppo.

Saat ini, Fujimoto dilaporkan masih asyik menyelesaikan liburan sau pekannya di Aleppo, Suriah. Kota yang sudah enam bulan menjadi titik konflik terpanas yang menyebabkan 60 ribu nyawa melayang.

Setiap pagi, Fujimoto berjalan ke garis depan manapun untuk mendokumentasikan penghancuran yang sedang berlangsung di kota terbesar kedua Suriah itu. Meski tidak bisa berbicara dalam bahasa Arab, termasuk Inggris yang terbata-bata, pria nekat ini tetap menikmati liburannya di Aleppo.

"Saya selalu pergi sendiri, karena tidak ada pemandu turis yang mau ke garis depan peperangan. Wisata ini sangat menarik, dan aderenalin saya menjadi terpompa," kata Fujimoto.

Pengalaman ini sangat mengagumkan, dan saya menikmatinya, tambahnya. Selama di Aleppo, Fujimoto menyampaikan warga setempat mengira dirinya adalah orang Cina, sehingga ia sering disapa dengan bahasa negeri Tirai Bambu.

Menghabiskan waktu di kota sarat konflik tentu saja menghadirkan pengalaman yang tak terlupakan. Fujimoto pun menceritakan salah satu pengalaman yang tak mungkin dilupakannya.

Pada suatu pagi, saat para gerilyawan yang menjadi temannya 'nongkrong' berteriak, "Lari! Lari! ada sniper. Lari!", Fujimoto tidak mengindahkannya.

Dia dengan santai malah asyik berfoto dan berjalan santai dengan melihat foto-foto yang akan diunggah ke akun Facebook-nya.

"Saya bukan target sniper (penembak) karena saya adalah wisatawan," kata dia. Lagi pula, lanjutnya, saya tidak takut jika mereka menembak saya. Saya adalah kombinasi antara ksatria samurai dan kamikaze.

Fujimoto bahkan tidak mau memakai helm pelindung ataupun jaket anti peluru selama di Aleppo. Menurut dia, alat-alat itu sangat berat dan menghalangi langkahnya ketika harus berlari.

Bersambung ke bagian 2..

sumber : Antara/AFP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement