REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembentukan timnas Indonesia diharapkan menjadi awal penyelesaian kemelut yang terjadi di persepakbolaan nasional. Hal itu ditegaskan Pelaksana Tugas Menpora Agung Laksono, Jumat (4/1).
"Dimulai dari timnas. Kami berharap kemelut yang ada bisa diselesaikan demi menghindari sanksi dari FIFA," kata Agung Laksono di Media Center Kemenpora Jakarta, Jumat (4/1).
Saat ini Timnas Indonesia akan menghadapi pertandingan Pra Piala Asia (PPA) 2015 Grup C. Sedikitnya ada 43 pemain yang dipanggil untuk menjalani pelatnas di Medan mulai 7 Januari nanti.
43 pemain itu dinilai yang terbaik saat ini karena berasal dari kompetisi Indonesia Premier League (IPL) dan Indonesia Super League (ISL). Selain itu ada beberapa nama pemain naturalisasi.
Meski PSSI dibawah pimpinan Djohar Arifin Husin telah memanggil pemain ISL, namun pemain tersebut tidak bisa memperkuat timnas karena dilarang oleh klub yang saat ini dibawah kendali KPSI atau PSSI versi La Nyalla Mattalitti.
Agung menegaskan, saat ini adalah momen yang tepat untuk menyelesaikan polemik. Untuk itu pihak-pihak yang berselisih harus sepakat pembentukan timnas ini menjadi tonggak penyelesaian dualisme federasi dan kompetisi.
"Semuanya harus bisa berkomitmen dengan sungguh-sungguh membentuk timnas yang kuat dan terdiri dari pemain dan pelatih yang terbaik di negeri ini," katanya dengan tegas.
Belum tuntasnya kemelut sepak bola nasional berdampak pada kompetisi baik IPL dan ISL. Terbukti pemerintah belum mengeluarkan rekomendasi untuk kedua kompetisi tersebut.
Dengan dikeluarkannya rekomendasi dari pemerintah berpeluang besar mengganggu jalannya kompetisi. Padahal kompetisi ISL yang dikelola oleh PT Liga Indonesia akan mulai bergulir besok, Sabtu (5/1).
Sesuai jadwal yang dikeluarkan oleh PT Liga Indonesia, pertandingan perdana ISL musim ini akan dibuka oleh pertandingan antara klub Sriwijaya FC melawan Persiba Balikpapan di Stadion Jaka Baring Palembang.