REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA---Omzet para perajin perak di Kotagede,Kota Yogyakarta, selama libur Natal 2012 dan Tahun Baru 2013 rata-rata mencapai Rp10 juta.
"Omzet di kalangan perajin perak selama liburan Natal dan Tahun Baru mulai tanggal 23 Desember hingga 1 Januari 2013 rata-rata bisa mencapai Rp10 juta,"kata Wakil Ketua Asosiasi Perajin dan Pengusaha Kecil Mataram (Asperam) Yogyakarta, Pandit Anggoro.
Dia mengatakan omzet pada hari-hari biasa yang hanya berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu per hari, selama liburan Natal dan Tahun Baru 2013 rata-rata mampu mencapai sekitar Rp 1 juta per hari.
Meskipun demikian, kata dia, omzet penjualan kerajinan perak tersebut masih lebih kecil dibanding liburan pada tahun sebelumnya.
"Meskipun liburan tahun ini jumlah pengunjung lebih banyak karena bersamaan dengan libur sekolah, namun daya beli masyarakat masih lebih kecil dari tahun lalu," katanya.
Perolehan penjualan tersebut, kata dia, didominasi dari pembeli dengan kategori keluarga yang berasal dari luar daerah.
Namun demikian, kata dia, secara umum penjualan perak masih belum pulih karena masih terdampak krisis global yang terjadi di Eropa.
"Peningkatan omzet paling hanya selama liburan saja sedangkan dalam keadaan normal masih belum pulih," katanya.
Menurut dia, peningkatan tersebut telah mengalami penurunan kembali setelah tanggal 2 Januari.
Sebelumnya, Pandit mengatakan, sejak 2008 hingga 2012, penurunan omzet penjualan produk kerajinan perak Kotagede setiap tahunnya rata-rata 30 persen.
"Pokoknya selama tiga atau empat tahun terakhir omzet penjualan produk kerajinan perak Kotagede terus-menerus mengalami penurunan,"katanya.
Menurut dia, dalam situasi normal dirinya jarang melihat pengunjung domestik maupun dari mancanegara dalam jumlah banyak mampir ke Kotagede.
Kalau pun ada, kata dia, mereka sebatas hanya mengunjungi beberapa toko kerajinan perak skala besar yang sudah dikenal di mancanegara.
Sedangkan toko-toko kerajinan perak skala kecil di Kotagede, kata dia, tetap sepi pengunjung.
Sehingga, saat ini segmen pasar yang menjadi sasaran toko-toko kecil tersebut, beralih ke mahasiswa maupun pengunjung lokal.
Dia juga mengatakan beberapa penjual maupun perajin perak di daerah tersebut sudah banyak yang pindah ke daerah lain karena sepinya
pengunjung. "Dulu semua penjual maupun perajin perak terpusat di Kotagede, namun karena sepi pengunjung, mereka terpaksa mencari daerah
lain," katanya.