Ahad 06 Jan 2013 14:55 WIB

Pemikiran Tan Malaka Disarankan Diterapkan di Indonesia

Tan Malaka
Tan Malaka

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Mahasiswa Hijau Indonesia Sumatera Selatan, di Palembang, Ahad (6/1), menggelar dialog pemikiran Tan Malaka, bertujuan menggali pemikiran tokoh pejuang nasional kontroversi itu.

Dilaporkan dialog itu merupakan rangkaian kegiatan membaca puisi 'Tan Malaka' yang digelar selama dua hari pada 5-6 Januari 2013 oleh Komunitas Sastra Indonesia (KSI) bekerja sama dengan aktivis lingkungan dari lima organisasi pencinta linkungan hidup di Sumsel.

Mahasiswa yang terlibat, yakni Mahasiswa Hijau Indonesia (MHI), Yayasan Spora, Sarekat Hijau Indonesia (SHI), dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan.

Presiden MHI Sumsel Dedek Chaniago mengatakan, Tan Malaka merupakan tokoh nasional yang diakui dunia pada masanya sebagai filsuf Indonesia yang memiliki konsep berpikir matrialisme, dialektika, dan logika (Madilog).

"Terlepas dari kontroversi perjuangan yang telah dilakukan Tan Malaka selama masa perjuangan melawan penjajah, kecerdasan, keberanian, dan semangat juangnya perlu digali kembali dan dimodifikasi untuk digunakan membangun pergerakan mahasiswa pada era reforamsi sekarang ini," bebernya.

Dijelaskannya, mahasiswa perlu dibekali dengan pemikiran yang luar biasa dari pengalaman tokoh nasional yang telah memberikan warna dalam perjuangan bangsa ini.

"Alangkah baiknya buah pikiran dan pengalaman tokoh nasional yang dinilai cukup baik dan masih relevan diterapkan pada era sekarang ini digali kembali dan dimanfaatkan oleh mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa," ujar Dedek.

Sebelumnya mahasiswa yang tergabung dalam MHI Sumsel bersama puluhan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi setempat mengikuti kegiatan membaca puisi bertemakan seputar pemikiran dan aktivitas Tan Malaka, kursus politik yang digelar sejumlah organisasi aktivis lingkungan di Gedung Sekretariat Walhi Palembang.

Melalui kegiatan itu diharapkan mahasiswa bisa menambah pengetahuan politiknya dan mampu berperan lebih besar lagi dalam mewujudkan cita-cita bangsa menuju Indonesia yang maju dan sejahtera, kata Presiden Mahasiswa Hijau Indonesia (MHI) Sumsel itu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement