REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mantan Gubernur New Mexico Bill Richardson dan Kepala Eksekutif Google Eric Schmidt melakukan kunjungan pribadi ke Korea Utara.
"Kunjungan ini bersifat pribadi, tidak ada hubungannya dengan pemerintahan Amerika Serikat," kata mantan duta besar AS Richardson.
"Kami akan berkunjung ke Pyongyang mungkin dalam dua setengah hari, mungkin berkeliling," kata dia.
Penyebab kunjungan itu adalah karena Kenneth Bae, seorang Amerika keturunan Korea ditahan di Korea dan anaknya meminta bantuan dengan menghubungi Richardson, kata mantan gubernur pekan lalu.
Korea Utara pada masa lalu telah sepakat dengan mantan presiden AS Bill Clinton untuk melepaskan seorang tahanan tingkat tinggi itu dan beberapa pengamat menyarankan menyertakan peran Schmidt.
Amerika Serikat khawatir dengan perjalanan kedua orang itu karena Korea Utara sedang berada di dalam ketidakpastian menyusul peluncuran roket oleh Pyongyang bulan lalu.
Richardson telah beberapa kali melobi Korea Utara dalam dua dekade terakhir untuk membebaskan orang AS yang terisolasi di negara itu.
Dia berharap bisa bertemu dengan sejumlah petinggi Pyongyang terutama Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un meski meragukan.
Selain itu, dia menginginkan perjalanannya berbuah hasil positif dan menepis kecemasan AS tentang keamanan di Korea Utara.
Kunjungan dua orang penting di AS itu tidak berdasarkan kepentingan negara ataupun Google tapi sekedar kunjungan pribadi.
Menurut laporan Kantor Berita KCNA, Bae yang ditahan pada November masuk ke Korut sebagai turis dan dituduh melakukan tindakan kriminal melawan negara.
Juru bicara kedutaan AS di Beijing Nolan Barkhouse mengatakan perjalanan Richardson tidak memiliki sangkut paut dengan otoritas di Washington. "Mereka tidak membawa pesan dan sangkut paut apapun dengan pemerintahan AS," katanya.
Richardson terakhir mengunjungi Korut pada 2010 saat dia bertemu dengan kepala negosiasi nuklir untuk meredam tekanan setelah negara itu menyerang pulau di perbatasan Korea Selatan.
Korea Utara memancing kemarahan AS dan negara lainnya bulan lalu lantaran Pyongyang mengaku meluncurkan satelit, tapi Washington, Korea Selatan dan Jepang mengatakan itu sebagai uji coba rudal balistik.