REPUBLIKA.CO.ID, Dia mengajak rakyat Pakistan untuk mandiri dengan menerapkan ekonomi Islam.
Muhammad Ali Jinnah. Dunia mengenalnya sebagai politisi dan nasionalis yang menjunjung tinggi nilai kebhinekaan.
Di negerinya, Pakistan, ia dikenal sebagai quaid-i azam (pemimpin besar) dan ba ba-e-qaum (bapak bangsa).
Sebelum ajal menjemputnya pada 11 September 1948, ia sempat menjadi gubernur jenderal pertama bagi negeri yang baru berdiri seumur jagung.
Jinnah lahir di Karachi pada 25 Desember 1876. Ayahnya, Jinnah Bhai, merupakan saudagar asal Gujarat. Sebelum Jinnah lahir, orang tuanya hijrah ke Karachi. Di dalam keluarga, ia anak kedua. Saudara kandungnya tiga lelaki dan tiga perempuan.
Status sebagai pemimpin bangsa tak begitu saja disandang oleh Jinnah. Sebelum terjun ke gelanggang politik, ia terlebih dulu menimba ilmu pengetahuan di pendidikan formal. Saat berusia 10 tahun, orang tua mengirimnya belajar ke Bombay.
Tak lama, ia kembali ke Karachi untuk melanjutkan pendidikan di Madrasah al-Islam, setingkat sekolah menengah. Kemudian, secara berturut-turut, pendidikannya berlanjut ke Christian Missionary Society High School dan pada usia 16 tahun ia berhasil melewati ujian matrikulasi dari Universitas Bombay.
Di lingkungan pendidikan, ia dikenal sebagai anak yang cerdas. Saat berusia 16 tahun itu, atas saran orang tuanya, ia magang di Graham’s Shipping and Trading Company di London, Inggris. Usulan untuk mengirimkan Jinnah ke luar negeri disampaikan oleh salah satu pemimpin di perusahaan tersebut.
Namun, Jinnah tak langsung merespons keinginan itu. Meski berangkat ke London, tetapi pendidikan yang ditempuhnya bukanlah ilmu bisnis. Ia justru mengambil pendidikan hukum di Lincoln’s Inn. Hanya tiga tahun ia menempuh pendidikan di sana.
Alhasil, ia pun menyandang predikat sebagai sarjana hukum termuda dari India yang pernah kuliah di Inggris.
Masa merantau di Inggris ini menjadi saat-saat berharga buat Jinnah. Pada masa inilah ia mulai tertarik dengan dunia politik. Tokoh politik India, seperti Dadabhai Naoroji dan Sir Pherozeshah Mehta, menjadi panutan bagi Jinnah muda. Jiwanya pun bergolak menentang penjajahan Inggris.