Rabu 09 Jan 2013 15:16 WIB

Yusuf Ma Dexin, Penerjemah Alquran ke Bahasa Cina (3)

Rep: Mohammad Akbar/ Red: Chairul Akhmad
Seorang Muslim etnis Hui tengah membaca Alquran di Masjid Niujie, Beijing, Cina (ilustrasi)..
Foto: AP Photo
Seorang Muslim etnis Hui tengah membaca Alquran di Masjid Niujie, Beijing, Cina (ilustrasi)..

Dicap Pemberontak

Pemberontakan Panthay yang meletus pada 1856-1873 menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari perjalanan hidup Yusuf Ma Dexin.

Di Cina, ia dikenal sebagai pemberontakan Du Wenxiu. Dalam literatur Cina disebutkan, pemberontakan ini merupakan aksi separatis yang dimotori etnis Hui dan Muslim untuk melawan penguasa Dinasti Qing di Yunnan.

Nama Panthay diyakini berasal dari bahasa Myanmar. Nama ini merujuk pada sebutan Muslim dari Yunnan yang datang ke Myanmar.

Tindakan diskriminatif yang dilakukan pihak kekaisaran kepada etnis Hui diyakini menjadi penyebab pecahnya pemberontakan ini. Ada pula yang menyatakan, konflik ini bermula dari perseteruan etnis Han (etnis mayoritas di Cina) dengan para penambang Muslim pada 1853.

Namun, premis ini dibantah karena ketegangan antara etnis Han dan Hui ini sudah ada jauh sebelum pecahnya pemberontakan.

Selama pecahnya pemberontakan, kekerasan demi kekerasan muncul dan terus memakan korban. Saat itulah, Ma Dexin turun tangan. Sejatinya, ia hanya ingin menengahi konflik antara umat Islam dari etnis Hui dengan Dinasti Qing yang menjadi representasi etnis Han.

Sejarah mencatat, Ma Dexin mampu memainkan peran itu dengan baik. Namun, dua tahun setelah aksi pemberontakan padam, Dinasti Qing tetap menghukum Ma Dexin.

Dicap sebagai pemberontak dan pengkhianat, Ma Dexin tak kuasa melawan kebengisan penguasa yang menjatuhinya hukuman mati. Ia pun berpulang menghadap Sang Pencipta.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement