Kamis 10 Jan 2013 13:44 WIB

Media Perlu Kabarkan Optimisme, Ini Alasannya

Kartu pers wartawan Indonesia (ilustrasi)
Foto: portaliga.com
Kartu pers wartawan Indonesia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Rektor Bidang Akademik dan Riset Universitas Paramadina Totok Amin Soefijanto mengatakan media dalam perannya sebagai guru perlu mengabarkan pemberitaan optimisme untuk membantu upaya perbaikan masyarakat.

"Adagium 'bad news is good news' tidak mudah dihapuskan lantaran pembaca mencari berita yang diluar kebiasaan, yang memberikan pengetahuan baru meskipun dengan cara melihat pemberitaan tentang penderitaan orang lain. Namun media tetap perlu mengabarkan optimisme karena akan lebih positif untuk perkembangan masyarakat," ujar Totok dalam orasi ilmiahnya di acara Dies Natalis Universitas Paramadina ke-15, di Jakarta, Kamis.

Dalam acara tersebut, Totok membacakan orasi ilmiahnya mengenai peran media sebagai guru yang baik bagi masyarakat dengan cara memberikan pencerahan kepada masyarakat yang menjadi pembelajarnya.

Totok mengatakan media saat ini cenderung mengekspos pemberitaan negatif, dengan selalu berupaya membongkar suatu skandal dari permasalahan yang ada. Padahal menurut dia, media memiliki peran penting menjadi bagian dari proses mengubah nasib bangsa melalui pergeseran pemikiran di masyarakat.

"Media saat ini merupakan jurnalistik bongkar skandal, karena kecenderungannya selalu melihat hal yang negatif. Misalnya dalam tragedi kecelakaan, yang diberitakan bukan pendidikan cara berlalu lintas yang baik dan benar, tetapi dicari tahu dari mana asal mobil itu, siapa pemiliknya, jadi justru melihat hal yang negatif," kata dia.

Dia mengatakan sebaiknya seluruh media massa memberikan satu persen ruang di medianya untuk memberitakan hal-hal yang berkaitan dengan 'corporate sosial responsibility' (CSR) dan optimisme, untuk senantiasa memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa masih ada orang yang peduli terhadap sesama.

"Guru yang baik adalah yang memancarkan aura positif, membesarkan hati, dan memahami kelemahan anak didiknya. Guru tidak akan mengeksploitasi anak didik dan selalu berprinsip ekonomi untung dan rugi, sehingga media sebagai guru baik pun harusnya demikian," kata dia.

Acara Dies Natalis Universitas Paramadina ke-15 turut dihadiri Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, Direktur Institute for Education Reform Universitas Paramadina Utomo Dananjaya, wartawan senior Jakob Oetama, serta beberapa tokoh yang berjasa dalam pendirian Universitas Paramadina.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement