REPUBLIKA.CO.ID, Sebagai bangunan yang mencoba selaras dengan lingkungan, budaya, dan zaman, elemen-elemen modern sangat menonjol.
Dominasi material beton pada struktur utama dikombinasikan dengan penggunaan aluminium, baja, dan kaca pada detail-detail arsitektur lainnya.
Pola-pola Arabesk pun muncul dengan cara baru. Pola-pola ini muncul dengan pengulangan bentuk geometris, baik pada kulit bangunan maupun detail interior.
Menuju ke ruang shalat, jamaah akan disambut dengan lengkungan kurva tiga dimensi yang mengarah ke tengah mihrab. Lengkungan ini menyisakan ruang bebas seluas 20 meter persegi sebagai ruang shalat utama.
Lengkungan berbahan dasar plastik dan baja ini juga memiliki fungsi menahan beban tiga lantai di atasnya. Di salah satu dinding, tergantung rak Alquran yang didesain khusus.
Rak menggunakan kaca horizontal. Alquran dipisahkan dengan pelat baja antikarat vertikal. Sinar matahari dimanfaatkan dengan baik sehingga kilatan rak dapat dilihat dari jauh.
Dinding mihrab terbuat dari marmer dan dihiasi oleh tulisan Arab berbunyi: ''Dan sesungguhnya, masjid adalah untuk Allah. Janganlah menyembah selain pada-Nya.'' Pada siang hari, cahaya matahari dari celah langit-langit menerangi dinding ini.
Mimbar berada di sebelah kanan mihrab. Ukiran 99 asma Allah setinggi 100 meter menghiasi area ini. Kaligrafi tersebut diciptakan oleh Imam Yahiya dari Xian, Cina, dan diatur dengan komputer.
Menara yang Menjulang
Bagian yang juga menarik untuk diamati dari masjid ini adalah menara. Menjulang setinggi 33 meter, menara terbuat dari baja. Struktur menara dibuat ramping dengan tinggi rasio dasar tak lebih dari 16:1.
Seperti masjid pada umumnya, di bagian atas menara terdapat lambang bulan sabit dan bintang. Menara ini sengaja dicat dengan polyeurethane tanpa warna untuk menampilkan warna karat. Sebelum cat diaplikasikan sebanyak empat lapis, badan menara diampelas menggunakan ampelas berkualitas tinggi.
Banyak orang terlibat dalam pembangunan Masjid Assyafaah. Sama seperti gagasan awal, mereka yang terlibat di sini juga berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Tim arsitek, misalnya, tak semuanya orang Singapura. Di dalamnya ada orang Indonesia, India, Kanada, Malaysia, Iran, Inggris, dan Cina.