REPUBLIKA.CO.ID, YANGON--Presiden Myanmar, Thein Sein, membela sikap tentara terhadap serangan pemberontak etnis Kachin. Pernyataan itu dilaporkan media negara, Jumat (11/1) terlepas eskalasi kekerasan akhir-akhir ini yang dinilai kian memperkecil prospek perdamaian.
Pemberontak, seperti dilaporkan AFP, Jumat (11/1) mengatakan telah meningkatkan operasi dalam beberapa hari terakhir setelah militer Myanmar mendesak ke kantong pertahanan mereka, Laiza. Sementara Barat, Amerika Serikat dan PBB pekan lalu mengutuk keputusan Myanmar yang menggunakan serangan udara di negara bagian utara tercabik perang tersebut.
Presiden Sein sebaliknya, memuja Tatmadaw--julukan untuk militer Myanmar--atas 'pengorbanan (sebutan presiden atas respons tentara) dalam cucuran keringat dan darah. Presiden juga menambahkan akan melakukan upaya apa pun untuk berkontribusi positif terhadap perdamaian.
Beberapa pengamat meragukan bahwa kontrol Thein Sein terhadap tentara akan berkurang. Maklum saja, Thein Sein adalah mantan jenderal yang menjadi komandan unit tentara di Kachin. Sepertinya perintah untuk mengakhiri operasi ofensif pada Desember 2011 lalu yang dibuatnya sendiri akan diabaikan.