REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- 'Anak ajaib' di bidang komputer dan pegiat Internet, Aaron Swartz, yang membantu menciptakan versi teranyar sistem 'web feed' RSS dan menghadapi dakwaan pidana federal dalam kasus penipuan kontroversial, telah bunuh diri dalam usia 26 tahun.
Polisi menemukan mayat Swartz di apartemennya di Brooklyn, New York, pada Jumat (12/1) waktu setempat. Swartz bunuh diri dengan cara menggantungkan lehernya.
Swarts mendapatkan banyak pujian sebagai pengarang bersama spesifikasi format Web feed RSS 1.0, yang ia kerjakan dalam usia 14 tahun. RSS, kependekan dari Rich Site Summary, adalah format bagi pengiriman kepada pengguna isi dari laman yang berubah terus, seperti blog dan laman berita.
Selama bertahun-tahun, ia menjadi buah bibir karena membantu membuat segunung informasi maya tersedia secara gratis buat masyarakat umum, termasuk sebanyak 19 juta halaman dokumen pengadilan federal dari sistem hukum-kasus PACER.
"Informasi adalah kekuasaan. Tapi seperti juga kekuasaan, ada orang yang ingin menyimpannya buat diri mereka sendiri," tulis Swarz di 'manifesto' pada 2008.
"Seluruh warisan budaya dan ilmu pengetahuan dunia, yang disiarkan selama berabad-abad di dalam buku dan jurnal, makin sering didigitalkan dan dikunci oleh segelintir perusahaan swasta. Cuma mereka yang dibutakan oleh kerakusan akan menolak mengizinkan seorang teman memiliki satu salinan," tulis Swartz.
Kepercayaan bahwa informasi mesti dibagi dan tersedia bagi kebaikan masyarakat memicu Swartz mendirikan kelompok nir-laba DemandProgress. Kelompok tersebut berhasil melancarkan aksi untuk menghalangi pemberlakuan rancangan undang-undang pada 2011 di Parlemen AS dengan nama Stop Online Piracy Act.
Rancangan itu, yang akhirnya ditarik di tengah tekanan masyarakat, hampir mengizinkan pengadilan mengeluarkan perintah untuk mencegah akses ke jejaring tertentu yang dipandang melibatkan kegiatan berbagi hak intelektual secara tidak sah.