REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tokoh Muhammadiyah Abdul Fatah Wibisono dikenal sebagai sosok yang sederhana di mata rekan-rekannya.
Bahkan, menurut Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Natsir, tokoh asal Lamongan, Jawa Timur tersebut sangat rendah hati, familiar serta egaliter pada semua orang.
Satu lagi kelebihan sosok Abdul Fatah Wibisono adalah memiliki kapasitas keilmuan Islam klasik yang mumpuni. "Beliau memiliki keilmuann Islam klasik yang mumpuni," kata Haedar dalam pesan singkatnya pada Republika, Ahad (13/1).
Bahkan, menurut Haedar, Abdul Fatah merupakan kader yang tidak mengenal lelah turun ke daerah untuk berbagi ilmu. Itu menjadi satu kelebihan kader yang sering mewakili Muhammadiyah dalam sidang Isbat di Kementerian Agama.
Sebagai ketua yang membidangi Hukum dan HAM, Abdul Fatah Wibisono mengambil peran untuk mengkoordinasi tim ahli Muhammadiyah dalam pengajuan Yudicial Review Undang-undang Minyak dan Gas Alam ke Mahkamah Konstitusi. Bersama dengan ormas Islam lain, Abdul Fatah berjuang untuk melawan UU migas yang tidak memihak rakyat tersebut. Hasilnya, perjuangan Abdul Fatah bersama ormas Islam lain menuai hasil.
"Yudicial review ke MK tentang UU Migas disetujui MK beberapa waktu yang lalu," ungkap Haedar.
Abdul Fatah Wibisono menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih, Jakarta Timur pukul. 04.30 WIB, Ahad (13/1). Rencananya, jenazah akan diterbangkan ke Lamongan sebagai tempat peristirahatan terakhir sosok yang sering dipanggil Ki Ageng tersebut.