Senin 14 Jan 2013 10:36 WIB

Cegah Kerugian Saat Banjir, Indonesia Perlu Kereta Menuju Pelabuhan

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Hazliansyah
  Sejumlah warga memarkir sepeda motor di Km 59 jalan tol Jakarta - Merak, Cikande, Serang, Banten, Kamis (10/1).   (Antara/Asep Fathulrahman)
Sejumlah warga memarkir sepeda motor di Km 59 jalan tol Jakarta - Merak, Cikande, Serang, Banten, Kamis (10/1). (Antara/Asep Fathulrahman)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dinilai perlu membangun jalur kereta api yang terhubung hingga pelabuhan untuk mengantisipasi jika terjadi banjir.

Pengamat transportasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setiyowarno, mengatakan, hampir di semua negara maju memiliki jalur kereta yang terhubung dengan bandara maupun pelabuhan.

"Kita paling banyak mengangut barang menggunakan jalur jalan raya, jalur rel kereta menuju pelabuhan harus diaktifkan," kata Djoko, Senin (14/1) saat dihubungi.

Ketergantungan Indonesia terhadap jalan raya untuk pengangkutan barang menimbulkan kerugian yang besar saat jalan tol Tangerang-Merak mengalami banjir. Berdasarkan data yang dihimpun dari pengusaha logistik, kerugian akibat banjir ini mencapai Milyaran per hari. Kerugian disebabkan karena truk terpaksa harus menunggu di pelabuhan sehingga kehilangan potensi penghasilan.

Djoko mengatakan pelabuhan Kalibaru, atau New Priok yang sedang dibangun saat ini harus memiliki jalur rel agar tidak mengalami hal yang sama dengan nasib Pelabuhan Merak saat jalan tolnya terendam banjir. Ia mencontohkan jalur kereta api sudah dibangun di berbagai negara, salah satunya di Jerman.

Jerman yang luas wilayahnya hanya seluas Pulau Sumatra, memiliki jalur rel dengan panjang 40 ribu kilometer (km). Kereta itu, kata dia, bisa mengangkut hingga 80 juta ton barang setiap tahun. Menurutnya, distribusi barang menggunakan kereta akan lebih efisien.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement