Senin 14 Jan 2013 13:22 WIB

Macan Tutul Jawa Masuk Perangkap Petani Baduy

Macan tutul
Macan tutul

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) selama dua hari masuk perangkap petani Baduy di Cikeusik, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.

"Macan tutul yang masuk perangkap itu masuk kategori langka dan dilindungi. Kemungkinan habitat mereka di kawasan hutan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) terganggu akibat adanya penebangan liar," kata Jajang, petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Banten, saat dihubungi, Senin (14/1).

Ia mengatakan, saat ini binatang langka tersebut kembali lepas setelah merusak jaring perangkap milik petani Baduy. Macan tutul yang masuk perangkap itu tidak sengaja, karena umumnya petani Baduy untuk menjerat babi. Binatang ini sering merusak tanaman huma, seperti padi, ubi-ubian, pisang dan tanaman lainnya.

Ternyata, yang masuk dalam perangkap itu adalah macan tutul, Jumat (11/1). "Kami saat ini mendatangi lokasi perangkap macan tutul, Ahad (13/1), tetapi binatang itu sudah lepas kembali ke hutan lindung," katanya.

Menurut dia, saat ini populasi macan tutul di Kabupaten Pandeglang dan Lebak banyak yang masuk ke permukiman maupun kawasan pertanian. Bahkan, belum lama ini macan tutul tertangkap warga di kawasan hutan Cadasari Kabupaten Pandeglang.

Habitat mereka yang ada di kawasan hutan lindung atau hutan korservasi terancam akibat adanya kegiatan penebangan liar yang dilakukan masyarakat. Apalagi, setiap hari ribuan kubik kayu dipasok ke luar daerah. "Kami berharap masyarakat tidak merusak hutan juga mengganggu habitat mereka," ujarnya.

Ia menyebutkan, pihaknya terus memonitoring dan pengawasan dengan melakukan pengamanan serta dilakukan patroli polisi hutan (jagawana) agar macan tutul tidak masuk ke permukiman warga. Pengamanan lebih optimal karena macan tutul masuk dalam kategori binatang yang dilindungi pemerintah.

Selain itu, pihaknya juga melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada warga setempat agar mereka melindungi satwa tersebut. "Jika populasi macan tutul punah tentu yang merugi kita sendiri termasuk anak dan cucu," katanya.

Ia menjelaskan, saat ini habitat populasi macan tutul jawa di Provinsi Banten habitatnya di kawasan hutan TNGHS, TNUK, Gunung Karang, Gunung Cadasari dan hutan lindung lainya karena mereka masih banyak menemukan makanan seperti babi hutan, mancak, dan kancil.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement