REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosok Zakiah Daradjat terkenang baik di kalangan yang mengenalnya. Pribadinya yang sangat percaya diri membuat Zakiah dikagumi banyak pihak.
Bagi Wakil Menteri Agama, Nasaruddin Umar, Zakiah Daradjat adalah simbol muslimah di Asia Tenggara. Dia mampu menjadi perempuan pertama yang dapat mengangkat dirinya sebagai tokoh elite umat. Bukan hanya di Indonesia, namun juga di Asia Tenggara. "Beliau adalah simbol muslimah Asia Tenggara waktu itu," kata Nasaruddin, Selasa (15/1).
Menurutnya, Zakiah menjadi sosok sentral muslimah Asia Tenggara. Dalam ajang internasional, Zakiah sering didaulat untuk mewakili muslimah Asia Tenggara. Menurut Nasaruddin, hal itu karena percaya dirinya yang besar, kemampuannya yang mumpuni, ditambah penguasaan bahasa Arabnya yang fasih. Padahal, pada masa itu, belum ada sosok muslimah yang mampu menembus level itu.
Nasaruddin menambahkan, Zakiah juga menjadi sosok yang bisa diterima semua kalangan. Bukan hanya di lingkungan Muhammadiyah, di Nahdatul Ulama dan gerakan Islam lain juga menerima dengan baik. Zakiah juga menjadi perempuan pertama yang setelah menyelesaikan program Doktornya di Mesir, langsung menjabat sebagai Direktur Perguruan Tinggi di Kementerian Agama.
Selain sebagai penceramah ulung, kepiawaian Zakiah adalah menulis buku. Sampai saat ini, kata Nasaruddin, sudah banyak buku Zakiah yang diterbitkan. Prestasi itu sulit disamai oleh perempuan lain sampai saat ini. Bisa jadi, tambah Nasaruddin, Zakiah menjadi sosok muslimah yang sulit ditemui lagi. "Pikirannya moderat dan tidak membeda-bedakan orang," tegas Nasaruddin.
Bahkan, tambah mantan Dirjen Pendidikan Islam Kemenag itu, sosok Zakiah seperti sosok Hamka dalam versi muslimah. Meskipun orang Padang, Zakiah tidak pernah memandang etnik maupun golongan. Indonesia kehilangan muslimah yang mungkin tidak ada lagi yang menyamai, tegas Nasarruddin.