Rabu 16 Jan 2013 05:42 WIB

Perang Prancis-Mali, UNESCO : Lindungi Situs Sejarah di Mali

 Tentara Perancis tengah uji coba senjata di pangkalan udara Mali di Bamako, Senin (14/1). (Reuters/Joe Penney)
Tentara Perancis tengah uji coba senjata di pangkalan udara Mali di Bamako, Senin (14/1). (Reuters/Joe Penney)

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Lembaga Kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNESCO) mendesak pasukan Mali dan Prancis yang bertempur di Mali untuk melindungi situs budaya kuno selama serangan udara dan serangan darat.

"Saya meminta semua angkatan bersenjata untuk melakukan segala upaya guna melindungi warisan budaya negara yang telah rusak parah," kata Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova dalam sebuah pernyataan, Selasa (15/1).

Pesawat-pesawat tempur Prancis telah memukul target di berbagai bagian negara sejak Jumat (11/1) lalu. Keberadaannya untuk mendukung pasukan Mali yang berusaha untuk mengusir gerilyawan Islam yang tahun lalu merebut kekuasaan di padang pasir utara yang luas.

Para gerilyawan telah kabur dari tiga kota utama di utara, termasuk Timbuktu, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO di persimpangan jalan gurun yang merupakan pusat pembelajaran kuno.

Para kelompok garis keras tahun lalu menghancurkan makam orang suci kuno dan masuk ke masjid abad ke-15 Yahya Sidi di Timbuktu, mengklaim dan menghujat situs itu.

"Warisan budaya Mali adalah permata yang perlu mendapat perlindungan penting bagi seluruh umat manusia. Intervensi militer saat ini harus melindungi rakyat dan mengamankan warisan budaya Mali," kata Bokova.

Pernyataan itu mengatakan UNESCO telah memberikan peta yang menunjukkan situs warisan kepada perencana militer serta brosur untuk diserahkan kepada prajurit untuk mencegah kerusakan warisan budaya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement