REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai-partai politik Islam dan berbasis massa Islam dinilai perlu kerja keras menghadapi Pemilu 2014. Pasalnya, survei-survei yang dilansir belakangan ini masih menempatkan partai-partai Islam di bawah partai nasionalis.
"Waktu satu setengah tahun yang tersisa mesti dimanfaatkan seefektif mungkin untuk mengambil hati rakyat," ujar Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Saleh P Daulay, Rabu (16/1).
Dia berpendapat, peluang partai-partai Islam untuk bangkit sebenarnya masih terbuka. Apalagi, dari 10 partai yang diloloskan KPU, empat di antaranya adalah partai Islam. Yaitu, PKB, PKS, PAN, dan PPP. Artinya, kata dia, suara-suara umat Islam yang berserakan selama ini sangat potensial untuk dihimpun.
"Dengan komposisi peserta pemilu seperti saat ini, semestinya perolehan suara partai-partai Islam naik," ucapnya.
Salah satu langkah yang bisa ditempuh, jelas Saleh, adalah dengan mendekati partai-partai yang tidak lolos. Partai-partai Islam harus proaktif meminta mereka bergabung. "Karena bagaimana pun juga, partai-partai tersebut memiliki jaringan dan pemilih promordial yang konsisten," imbuhnya.
Ditambahkannya, partai-partai Islam tentunya juga harus melaksanakan program-program yang diminati masyarakat. Partai-partai Islam harus menunjukkan kalau mereka berbeda dengan partai-partai lain. Identitas keislaman dan keberpihakan pada kepentingan umat harus betul-betul ditegaskan.
Selama ini, kata Saleh lagi, ada semacam stigma yang berkembang di masyarakat, yakni partai-partai politik Islam kelihatannya tidak berbeda dengan partai-partai lain. Apalagi, di partai-partai lain juga terdapat segmen umat Islam yang cukup besar.
Bahkan, partai-partai tersebut juga konsisten dan serius mengambil hati para pemilih Islam. "Di sini diperlukan pertarungan identitas dan ideologi yang jelas dan bukan hanya sekedar klaim belaka."