Jumat 18 Jan 2013 15:24 WIB

Kesanggupan Pertamina Kelola Blok Mahakam Dipertanyakan

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Citra Listya Rini
Lapangan Migas Blok Mahakam.
Foto: IST
Lapangan Migas Blok Mahakam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menegaskan pembahasan Blok Mahakam di Kalimantan Timur belum final. Menurut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo hingga saat ini proses pengkajian terus berlangsung.

Pasalnya pemerintah masih harus bertanya ke Pertamina tentang kesanggupan perusahaan tersebut. "Kita ingin realistis saja. Kemampuan mereka bagaimana," kata Susilo kepada wartawan di Jakarta, Jumat (18/1).

Ia menuturkan pengembangan blok tersebut tak hanya memerlukan biaya yang besar saja. Tapi juga teknologi yang mumpuni. Kalau punya duit, bisa habis saja kalau tak punya teknologi, tegas Susilo.

Terkait keinginan pemerintah daerah untuk memiliki partisipasi hingga 50 persen di blok tersebut, ia pun menuturkan semua pihak harus logis dalam memadang kasus ini. Pemda harus paham benar apakah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) mampu.

"Ini kan bukan hanya mengharapkan hasil saja. Tapi investasi juga harus dia (Pemda) bayar," ujar Susilo. Ia menuturkan mustahil bila hanya mengandalkan APBD saja.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan mengatakan pihaknya belum memaparkan soal kemampuan keuangan perusahaan itu pada pemerintah.

Blok Mahakam saat ini dikelola perusahaan asal Prancis Total E&P. Sebelumnya, Total E&P Indonesie juga meminta pemerintah untuk segera memutuskan operator Blok Mahakam di Kalimantan Timur.

"Lebih cepat diputus status blok lebih baik," kata Karen. Ia mengatakan ini penting karena terkait investasi. Proyek Total di 2015 juga baru akan bisa dilakukan kalau kepastian sudah didapat.

Kontrak Total sebenarnya berakhir 2017 nanti. Dari blok ini Total mendapatkan gas per hari dari blok ini mencapai 1.915 MMSCFD (juta kaki kubik per hari) dan minyak 67.478 barrel minyak per hari.

Blok ini menyumbang hingga 80 persen gas yang diolah di LNG Badak di Bontang, Kalimantan Timur. Ini untuk memenuhi kontrak penjualan gas dengan Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan.

Di 2012, Total memproduksi gas rata-rata sebesar 1.750 MMSCFD. Namun, di 2013 ini produksi diperkirakan akan turun hingga 1500-1600 MMSCFD.

Meski akan ada tiga lapangan baru yang akan memulai memproduksi yakni Sisi Nubi 2, Peciko Phase 7B dan 7C, produksi diprediksikan belum mampu terdongkrak. Tapi Total mengaku komitmen untuk terus berinvestasi hingga 2 miliar dolar AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement