Jumat 18 Jan 2013 17:37 WIB

PM Jepang Angkat Suara Soal Penyerangan di Aljazair

Rep: Esthi Maharani/ Red: Citra Listya Rini
Japan's Prime Minister Shinzo Abe (left) is seen during a talk with his Vietnamese counterpart Nguyen Tan Dung (unseen) at the Government office in Hanoi January 16, 2013. Abe is in Hanoi for a two-day visit to Vietnam, the first leg of his Asian tour to V
Foto: Reuters/Luong Thai Linh/Pool
Japan's Prime Minister Shinzo Abe (left) is seen during a talk with his Vietnamese counterpart Nguyen Tan Dung (unseen) at the Government office in Hanoi January 16, 2013. Abe is in Hanoi for a two-day visit to Vietnam, the first leg of his Asian tour to V

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe angkat suara tentang penyerangan kompleks tambang dan kilang minyak di Aljazair. Apalagi dalam penyerangan tersebut menyebabkan adanya warga Jepang meninggal.

Selain menimbulkan korban, para penyerang juga mengaku menyandera 41 warga asing. Mereka berasal Austria, Norwegia, Perancis, AS, Inggris, Romania, Kolombia, Thailand, Filipina, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, dan Jerman.

“Mengambil dan membunuh orang yang tidak bersalah itu sesuatu yang harus dikutuk sekuat mungkin,” katanya saat memberikan keterangan pers bersama usai pertemuan bilateral dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Jumat sore (18/1).

Ia mengatakan pemerintah Jepang terus memperbarui informasi terkait warga negara Jepang yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut. Abe mengatakan Jepang bekerja sama dan berupaya untuk memperoleh informasi selengkap-lengkapnya terkait penyerangan di kilang minyak yang dikelola secara bersama Aljazair Sonatrach, British Petroleum dan Norwegia Statoil itu.

Pemerintah Jepang sendiri mengaku sudah berkomunikasi dengan Perdana Menteri Inggris, David Cameron dan pemerintah Aljazair. “Saya sudah berbicara dengan PM Inggris dan pemerintah Aljazair agar memberikan prioritas untuk perlindungan korban. Prioritas untuk menjaga keselamatan,” katanya.

Untuk diketahui, terjadi penyerangan kompleks tambang dan kilang gas yang dikelola secara bersama Aljazair Sonatrach, British Petroleum dan Norwegia Statoil ini terjadi pada Rabu pagi (16/01).

Sekitar 20-25 anggota teroris bersenjata menyerang area kilang gas dan terjadi kontak senjata dengan aparat keamanan. Dua orang berkebangsaan Inggris dan Aljazair terbunuh dalah kontak senjata dan tujuh orang lainnya terluka.

Kelompok bersenjata ini kemudian menyandera 41 orang pekerja berkewarganegaraan asing dan sekitar 200 pekerja Aljazair. 105 orang berhasil bebas termasuk AA seorang pekerja berkewarganegaraan Indonesia.

Menurut berita yang disampaikan oleh KBRI Alger, Pemerintah Aljazair saat in telah mengambil tindakan. Pasukan Komando yang terdiri dari satuan Polisi Militer dan pasukan khusus lainnya telah mengepung Komplek Tambang dan Kilang Gas sampai berita ini diturunkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement