REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Ancaman gagal panen menjadi mimpi buruk para petani di Banten. Puluhan ribu sawah kemarin rusak parah akibat banjir. Lebih dari 20 ribu hektare (ha) sawah habis terendam air. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 15 juta per hektare.
Dampak banjir bagi pertanian di daerah tidak sebesar di Banten. Hujan memang sempat menghampiri daerah-daerah lain, seperti Bandung, Kudus, Demak, Bojonegoro, Lamongan, dan Bengawan Solo. Namun di Jalur Pantura, serangan hama penyakit membuat produksi padi menurun.
"Hama terbanyak menyerang tanaman holtikultura," ujar Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno, Jumat (18/01).
Hama menyebabkan kerusakan, di antaranya pada produk sayuran, seperti tomat, cabai, bawang, dan sayur-mayur. Akibatnya harga jual produk menjadi mahal. Selain tanaman holtikultura, harga beras pun merangkak naik. Kini harga beras menjadi Rp 8 ribu/kilogram (kg). Sebelumnya beras dihargai Rp 7.500/kg.
Bantuan benih dan pupuk sangat diharapkan agar petani bisa melakukan penanaman kembali. Asosiasi juga berharap pemerintah memberikan ganti-rugi akibat gagal panen. Terlebih puncak musim penghujan diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari. "Pertanian sangat bergantung dengan alam. Semoga alam berpihak pada kita ," kata Winarno.
Banjir tol Merak mengakibatkan gangguan distribusi untuk pengiriman luar Jawa, antara lain di Lampung dan Sumatera Selatan. Proses pengiriman yang biasasnya memakan waktu dua hari, kini terlambat hingga enam hari.