REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar kesejahteraan sosial Prof Isbandi Rukminto Adi mengatakan perlu dilakukan pelatihan tanggap banjir untuk wilayah-wilayah yang rawan banjir di Jakarta supaya masyarakat dan aparat siap menghadapi dan menanggulangi bencana tersebut.
"Banjir di Jakarta bukan bencana lima tahunan, tetapi terjadi hampir setiap tahun. Karena itu, masyarakat dan aparat perlu kesiapan yang dilatih dengan pelatihan tanggap banjir," kata Isbandi Rukminto Adi dihubungi di Jakarta, Selasa.
Guru Besar Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia Jakarta itu mengatakan dengan pelatihan tanggap bencana, masyarakat akan tahu dan siap apa saja yang perlu dilakukan bila bencana banjir datang.
Sedangkan bagi aparat, pelatihan itu bermanfaat untuk penanggulangan bencana mulai dari evakuasi pengungsi, pendataan korban, penyaluran bantuan hingga penanganan pascabencana.
"Jadi tidak hanya latihan kebakaran saja yang diperlukan, tetapi khusus daerah rawan banjir perlu ada pelatihan tanggap banjir. Dalam hal pelatihan tanggap bencana, Indonesia memang masih kalah bila dibandingkan Jepang," tuturnya.
Misalnya dalam hal pendataan korban, kata dia, bila aparat di akar rumput seperti ketua RT dan RW sudah terlatih, maka pendataan korban bisa dilakukan dengan cepat.
"Bila sudah terlatih, pendataan dari RT hingga kelurahan dan kecamatan tidak perlu hitungan hari. Namun cukup dalam hitungan jam yang selalu di-update oleh ketua RT," ujarnya.
Menurut Isbandi, pendataan dan koordinasi saat terjadi bencana sangat penting. Hal itu supaya penanganan dan penyaluran bantuan tepat sasaran dan tidak terjadi penumpukan bantuan di lokasi tertentu sementara di lokasi lain kekurangan bantuan.