REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Himpunan Kawasan Industri (HKI) Indonesia menilai terdapat tiga kendala utama yang menghambat pembangunan kawasan industri di Tanah Air.
Demikian diungkapkan Ketua Kehormatan HKI Indonesia, Halim Shahab kepada Republika seusai menjadi pembicara dalam seminar sehari bertajuk 'Kawasan Industri Sebagai Ketahanan Ekonomi Nasional' di Wisma Makara Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (23/1).
Buruknya tata ruang menjadi penyebab pertama kendala pembangunan kawasan industri. Menurut Halim, hal ini dapat terlihat dari dominasi kawasan industri yang berada di utara Jawa Barat.
Padahal, daerah-daerah itu dikenal sebagai daerah yang subur dan cocok untuk pertanian. "(Tata ruang) saat ini kacau. Padahal sebenarnya ini yang paling utama," ujar Halim.
Kemudian, pembangunan kawasan industri juga terkendala buruknya prasarana dan sarana di sejumlah daerah. Akibatnya, investor harus mengeluarkan ongkos lebih banyak dalam pengelolaan kawasan industri. Kendala ketiga, lanjut Halim, adalah tenaga kerja. "Kita perlu tenaga kerja yang terampil," ujar Halim.
Terkait penumpukan kawasan industri yang terpusat di Pulau Jawa, Halim menilai kawasan industri harus segera disebar ke luar Jawa. Sebab pada dasarnya, persebaran kawasan industri bertujuan agar pembangunan di Indonesia lebih merata. Sekaligus memberikan sumbangan bagi perekonomian Tanah Air.
Terkait keberadaan kawasan ekonomi khusus (KEK) yang diharapkan melahirkan kawasan-kawasan industri baru, Halim menunggu realisasinya. Meskipun demikian, Halim meyakini peranan kawasan industri akan lebih besar dibandingkan KEK.
"Kawasan industri tetap pemain utama dalam penciptaan lapangan kerja dan menunjang kegiatan perdagangan," tandasnya.